Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/08/2021, 08:29 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Wakil Rektor Riset, Inovasi, dan Community Development Universitas Airlangga (Unair), Prof. Ni Nyoman Tri Puspaningsih menekankan pentingnya pengembangan vaksin guna menghadapi pandemi Covid-19.

Saat ini, Unair tengah mengembangkan vaksin dengan dua skema platform.

Baca juga: Dosen Unair Ungkap Fakta Makanan Cegah dan Obati Covid-19

Dia menyebut, Unair menggunakan skema classical platforms dan next generation platforms.

Classical platforms yang dikembangkan Unair memanfaatkan inactivated virus atau virus yang telah dimatikan.

Sedangkan dalam next generation platforms, Unair menggunakan adenoviral vector yang juga dikembangkan Institut Teknologi Bandung (ITB), serta peptide yang juga digunakan oleh Universitas Padjadjaran (Unpad).

Meskipun menggunakan skema yang sama, dia mengaku keduanya tetap memiliki perbedaan.

Hal itu dikarenakan Unair dan ITB pasti punya resep formulasi rahasianya masing-masing yang membuat keduanya berbeda, meski sama-sama menggunakan adenoviral vector.

"Formula rahasia tersebut tetap didasarkan pada material genetik dari virus tersebut," ujar dia melansir laman Unair, Selasa (3/8/2021).

Dia menegaskan, material genetik menjadi hal yang penting dalam pengembangan vaksin, terutama untuk skema next generation.

Hal itu penting dalam pengembangan teknologi dan modifikasi vaksin.

Baca juga: Rektor UGM Panut Mulyono Jadi Ketua Forum Rektor Indonesia

"Modal dasarnya adalah material genetik, sehingga kalau kita tidak mengetahuinya (material genetiknya) maka kita tidak akan bisa mendesain vaksin yang berbasis next generation," jelas Nyoman.

Genetic material atau material genetik virus, menjadi penting untuk diketahui sehubungan dengan varian virus baru yang sudah sangat bervariasi di pertengahan tahun ini.

Di antara varian virus itu, setidaknya ada enam yang menjadi kekhawatiran World Health Organization (WHO).

"Paling tidak ada enam varian yang menjadi kekhawatiran WHO, yakni alpha, beta, gamma, delta, dan turunan dari delta. Dikhawatirkan enam varian tersebut akan mempengaruhi netralisasi antibodi yang sudah dilakukan karena vaksinasi, atau apalagi yang belum divaksin," ucap dia.

Nyoman menambahkan, vaksin adenoviral vector yang dikembangkan oleh Unair memiliki konsep rekombinasi. Konsep tersebut telah terkonfirmasi, baik di tPA maupun spike mutan.

"Ini yang formulasinya bisa jadi berbeda walaupun platformnya sama, karena kunci utamanya ada di material genetik virus tersebut," tegasnya.

Sementara itu untuk peptide yang dikembangkan Unair, dia menganggap hal itu unik dan spesifik.

Peptide langsung merujuk pada epitope, atau bagian antigen yang dapat membangkitkan respon imunitas. Epitope tersebut nantinya menjadi bagian yang dikenali oleh sistem imun kita.

Baca juga: Dosen Unair Ungkap 5 Cara Mencegah Gigi Berlubang Pada Anak

"Jadi peptide ini tentu unit yang lebih kecil-kecil dan sangat spesifik. Nah kalau ini bisa dikembangkan (vaksin) di masa yang akan datang, tentu akan menjadi potensi bagus. Hal itu sebagaimana yang dilakukan oleh lembaga penelitian lain di Indonesia," tukas Nyoman.

 
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com