Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dorong Riset Terapan Berdampak Nyata, Ditjen Vokasi Luncurkan Beasiswa Riset Dosen Vokasi

Kompas.com - 28/07/2021, 14:44 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Ditjen Vokasi Kemendikbud Ristek bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) meluncurkan Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen PT Vokasi.

Program ini diperuntukkan bagi Dosen Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) yang didukung Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), khususnya sektor UMKM.

“Program ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan atau riset terapan berbasis permasalahan riil di dunia industri, kerja, usaha, dan masyarakat," ujar Lilik Sudiajeng, Tim Program Riset Keilmuan Terapan.

"Program ini ditawarkan kepada para dosen di PTPPV sehingga para periset mampu berkontribusi dalam menyelesaikan permasalahan industri, kerja, usaha, dan masyarakat,” tambah Lilik dalam diskusi virtual "Solusi Riset Terapan Vokasi untuk Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat" (23/7/2021).

Riset terapan, kata Lilik, sudah sering dilakukan di PTPPV. Misalnya penelitian di bidang industri kayu di Bali. Industri yang menggunakan mesin-mesin impor tersebut belum memberi manfaat kesejahteraan kepada pekerja dan masyarakat sekitarnya.

Akhirnya, melalui riset yang menggandeng industri kayu, menghasilkan modifikasi mesin yang lebih bermanfaat dan meningkatkan produktifitas.

“Setelah hasil riset itu diukur, dapat meningkatkan produktivitas hingga 30 persen, serta meningkatkan pendapatan pekerja hingga 170 ribu rupiah per bulan,” tambahnya.

Baca juga: Kemendikbud Ristek: Konsep Link and Match Dongkrak Pendidikan Vokasi

Kolaborasi riset berdampak nyata

Model riset terapan yang berguna bagi masyarakat juga dikembangkan DigitalDesa.id, sebuah perusahaan rintisan (start-up) yang dikembangkan Sidik Permana. DigitalDesa.id, atau dikenal Digides, sejak diperkenalkan pada 2019, kini telah dipakai lebih dari 300 desa se-Indonesia.

“Digides membantu teknologi yang dapat memaksimalkan keluaran sebuah pekerjaan di desa-desa. Jadi, sebenarnya desa-desa sudah siap. Tinggal kita dan industri masuk ke sana,” ujarnya.

Mewakili kalangan dunia usaha, Direktur dan Owner PT Floaton Bahari Indonesia, Hery Supriadi juga melakukan riset terapan pada sektor perikanan. Hery menciptakan konstruksi apung yang menangkap sampah dan menjadikannya bahan pembuatan pupuk organik.

Heri berharap hasil risetnya dapat digunakan di berbagai wilayah sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Sebab itu, diperlukan kolaborasi riset terapan antara institusi pendidikan, industri, hingga lembaga pemerintah.

Satu contoh kolaborasi tersebut telah diupayakan oleh Kementerian Sosial melalui sejumlah program untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Kami berkolaborasi, mengajak alumni-alumni berbagai universitas untuk aktif terlibat pada program-program sosial di Kemensos," kata Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta Kementerian Sosial, Oetami Dewi.

Ia menambahkan, "lembaga riset terapan, misalnya, menciptakan model desa ramah lansia dan desa sejahtera mandiri.” 

Semangat kolaborasi agar riset memberi dampak nyata bagi masyarakat inilah yang coba dihidupkan dalam Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri – Dosen PT Vokasi.

Program ini membuka kesempatan bagi para dosen dan mahasiswa pendidikan vokasi berperan nyata bagi masyarakat.

“Dosen-dosen perlu pengalaman riset dari industri atau lembaga yang relevan, agar apa yang terjadi di masyarakat dapat dipahami sehingga hasil riset yang link and match dapat diterapkan untuk dunia kerja,” ujar Kepala LPPSP FISIP UI, Jajang Gunawijaya.

Program Riset Keilmuan Terapan Vokasi telah bergulir sejak April lalu. Masih ada kesempatan untuk mendaftar hingga 6 Agustus mendatang. Untuk informasi lebih detail, dapat mengakses laman https://ptvp.mitrasdudi.kemdikbud.go.id/

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com