Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Unpad Bikin Permen Bantu Turunkan Kecanduan Rokok

Kompas.com - 27/07/2021, 20:25 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kebiasaan merokok menyebabkan dampak tidak bagus untuk kesehatan. Namun menghentikan kebiasaan merokok bagi seseorang juga bukan perkara mudah.

Melihat problematika ini, sejumlah mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) membuat inovasi untuk berpartisipasi menurunkan angka kecanduan rokok di Indonesia.

Mereka membuat inovasi berupa permen/lozenges yang mampu menurunkan kecanduan merokok. Para mahasiswa yang bergabung membuat inovasi ini adalah Rifky Adhia Pratama, Tiara Zahra Shafira, Endang Juliansyah, Iis Kurniasih dan Kevin Reza Reynantha.

Baca juga: 20 Universitas Terbaik di Indonesia Versi Webometrics Rank 2021

Bikin permen mengandung cytisine

Dalam mengerjakan inovasi ini mereka dibimbing oleh dosen Rani Maharani. Mereka berhasil membuat permen yang memiliki kandungan cytisine, atau senyawa bahan alam yang bisa menurunkan kecanduan nikotin pada perokok.

Rifky menjelaskan, inovasi ini berdasarkan atas hasil penelusuran tim yang menemukan angka prevalensi merokok Indonesia menempati peringkat ketujuh di dunia dengan persentase tingkat merokoknya sebesar 39,90 persen.

"Tentu prevalensi merokok yang tinggi menimbulkan efek negatif bagi Indonesia. Beberapa tahun terakhir, kasus kematian akibat rokok sangat tinggi di Indonesia," jelas Rifky seperti dikutip dari laman Unpad, Selasa (27/7/2021).

Mereka berupaya menemukan solusi guna menurunkan angka kematian akibat merokok di Indonesia. Salah satunya dengan mencari senyawa alami yang mampu menurunkan kecanduan nikotin di otak.

Baca juga: Fakultas Farmasi Unair Bagikan Tips Memilih Produk Kecantikan Aman

Dari hasil penelusuran, ditemukan senyawa alami cytisine memiliki kemampuan bioaktivitas untuk mencegah terikatnya nikotin ke reseptor yang ada di otak.

Nikotin merupakan zat aditif yang mampu mengikatkan diri ke reseptor di otak. Dampak dari terikatnya nikotin di reseptor adalah menimbulkan efek candu.

Berdasarkan hasil kajian yang sudah ada, cytisine memiliki kemampuan untuk mengikat ke reseptor di otak tujuh kali lebih kuat ketimbang nikotin.

"Sehingga semakin banyak cytisine diikat di otak dibandingkan nikotin, maka akan mampu menurunkan efek kecanduan rokok pada perokok," beber Rifky.

Senyawa cytisine sudah populer di benua Eropa sebagai terapi untuk menurunkan kecanduan rokok. Bahkan senyawa ini sudah dilakukan sintesis organiknya dan sudah banyak dijualbelikan dalam bentuk tablet. Sayangnya, hal ini masih belum populer di Indonesia.

Tim kemudian mencari kandungan alam yang mengandung senyawa cytisine. Hingga akhirnya diketahui ekstrak cytisine dapat diperoleh dari genus tanaman Laburnum atau golden chain tree dalam jumlah yang cukup banyak.

"Kita kemudian telusuri di marketplace, ada gak yang jual bibit atau benih laburnum. Ternyata ada di daerah Basinglah, Bangka Belitung. Itulah yang melatarbelakangi kami untuk mengekstrak cytisine dari biji laburnum," ungkap Rizky.

Baca juga: Daftar Provinsi dengan Kasus Tertinggi Covid-19 pada Anak Usia Sekolah

Laburnum berjenis Laburnum anagyroides ini dijual para petani di Basinglah sebagai salah satu jenis tanaman hias. Dari hasil penelitian, kandungan senyawan cytisine pada Laburnum anagyroides paling banyak ditemukan di bagian biji.

Diolah menjadi Lozenges

Mereka mempunyai ide memformulasikan cytisine tersebut ke dalam bentuk permen atau lozenges. Para mahasiswa memilih membuat dalam bentuk lozenges karena pada hasil kajian dijelaskan efek samping dari tablet cytisine yang dijual di Eropa menimbulkan mual dan rasa ingin muntah-muntah.

Jenis lozenges bertekstur kenyal dibandingkan bertekstur kristal padat. Agar tidak menimbulkan efek mual, tim juga menambahkan rasa buah-buahan.

"Tujuannya selain menambah sensasi di mulut, para perokok bisa ada alternatif psikologis di mulut yang mampu mengalihkan aktivitas di mulut dari keinginan merokok," imbuhnya.

Produk lozenges ini diberi nama 'Kokro' yang merupakan pembalikan suku kata dari morfem 'rokok'. Rifky menjelaskan, pengubahan suku kata pada rokok menjadi 'Kokro' memiliki harapan bahwa produk ini mampu mengembalikan kesehatan manusia seperti sedia kala sebelum kecanduan merokok.

"Filosofinya dibalik dengan harapan bisa mengembalikan fitrah manusia sebagai makhluk yang sehat," kata Rifky.

Kandungan citysine pada Kokro disesuaikan dengan kandungan pada tablet cytisine yang dijual di Eropa, yaitu 1,5 miligram. Karena itu, konsumsi 'Kokro' memiliki dosis tersendiri. Tidak hanya untuk perokok, 'Kokro' juga bisa dikonsumsi oleh non-perokok atau perokok pasif, utamanya untuk menghindarkan nikotin pada tubuh.

Dipasarkan Agustus 2021

Produk “Kokro” dikembangkan sebagai bentuk implementasi Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Produk ini berhasil didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Ditjen Dikti Kemendikbud Ristek) untuk kategori PKM-Kewirausahaan.

Baca juga: Rekomendasi Satgas Cegah Penularan Covid-19 pada Anak Usia Sekolah

Rifky menargetkan, permen 'Kokro' akan mulai diluncurkan ke pasaran awal Agustus 2021 mendatang. Masyarakat bisa memesan produk tersebut melalui akun instagram @kokro.id.

"Harga yang dipasarkan relatif murah, yaitu Rp 25.000 per kemasan. Setiap kemasan berisi 8 butir lozenges," tutup Rifky.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com