Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/07/2021, 10:15 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kemampuan literasi, perlu diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Misalnya, membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun sebenarnya literasi ini tidak hanya berkaitan dengan kemampuan baca, tulis, hitung (calistung) anak, tetapi mencakup seluruh kemampuan yang ada dalam diri anak itu sendiri.

Kemampuan ini perlu dikembangkan sedini mungkin sebagai pra literasi yang menjadi fondasi kemampuan literasi anak pada usia selanjutnya.

Namun, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa mengembangkan kemampuan pra literasi bukan berarti anak secara intens dan penuh kedisiplinan untuk belajar membaca, menulis dan berhitung layaknya orang dewasa sehingga mereka merasa terpaksa.

Baca juga: Belajar dari Orangtua Jepang Cara Menanamkan Disiplin pada Anak

Metode belajar yang seperti itu justru dikhawatirkan dapat membuat anak stres dan membahayakan perkembangannya.

Orangtua perlu memperhatikan strategi pembelajaran pra literasi yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia dini, dimana terdapat beberapa elemen diantaranya pemahaman bahasa lisan yakni berbicara dan mendengarkan. 

Lalu pemahaman atau pengenalan buku; pemahaman kata dan bunyi; pengenalan atau pemahaman huruf atau alpabet; dan pemahaman atau pengenalan tulisan.

Bagaimana orangtua membuat strategi literasi pada anak, dilansir dari laman anggunpaud Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) berikut tahapannya:

1. Literasi berbasis bermain

Bermain merupakan dunia bagi anak. Mereka akan mengenali, mempersepsi, dan mempelajari berbagai hal melalui bermain. Sebagian orang tua menginginkan anaknya belajar sedini mungkin dengan mengurangi aktivitas bermainnya.

Baca juga: 10 Kegiatan Sederhana untuk Melatih Motorik Halus Anak Usia Dini

Padahal belajar yang sebenarnya pada anak usia dini adalah melalui kegiatan bermain yang menyenangkan. Oleh karena itu, sudah semestinya Pendidikan Anak Usia Dini menerapkan istilah Learning by Playing (belajar melalui bermain).

Dengan begitu anak–anak akan mengganggap kegiatan belajar mereka tak ubahnya seperti bermain, dan bahkan berbentuk permainan.

Di dalam kegiatan bermain, anak membangun kemampuan literasinya berdasarkan pengalaman yang ia temui saat bermain, dan bahkan mereka mampu menceritakan kembali bagaimana pengalamannya saat bermain. Inilah esensi atau hal mendasar dari pra literasi itu sendiri.

2. Orang tua membacakan buku kepada anak

Anak-anak belajar bahasa, fungsi bahasa, dan cara menggunakan bahasa. Ini terjadi dalam semua interaksi sosial pada saat yang sama, terutama dalam keluarga.

Orang tua adalah sosok figur yang akan dicontoh anak. Ketika orang tua sering membacakan buku kepada anak perlahan mereka akan menggemari aktivitas membaca buku tersebut.

Tidak hanya sebatas itu, membacakan buku ini juga sebagai wadah bagi orang tua untuk aktif berinteraksi dengan anak, sehingga isi cerita yang dikisahkan buka sekedar didengar olehnya, tapi menjadi bahan percakapan yang dapat menggali berbagai potensi mereka.

Baca juga: 10 Sarjana Tertua di Dunia, Bukti Pendidikan Tak Dibatasi Usia

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com