Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Covid-19 Varian Lambda Muncul, Ini Kata Pakar Unair

Kompas.com - 16/07/2021, 09:15 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Virus Corona penyebab Covid-19 masih terus bermutasi menghasilkan berbagai varian baru. Selain Varian Delta yang sudah masuk Indonesia, ada varian baru yakni varian Lambda.

Varian ini adalah salah satu varian mutasi virus Corona yang mulai banyak ditemukan di berbagai negara, tapi belum terkonfirmasi masuk ke Indonesia.

Munculnya nama baru keturunan SARS-CoV-2 yang disebut Varian Lambda membuat masyarakat was-was.

Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit

Meski statusnya hingga kini masih dikategorikan sebagai Variant of Interest (VOI), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) khawatir Varian Lambda akan menimbulkan masalah epidemiologi.

Hal ini, karena varian Lambda diprediksi berpotensi dapat menyebar lebih cepat, menyebabkan gejala Covid-19 yang lebih parah, atau menurunkan ekfektivitas vaksin Covid-19.

Namun, hingga saat ini, belum terdapat bukti yang cukup akan hal-hal tersebut. Oleh sebab itu, penelitian dan pengawasan masih terus dilakukan untuk memastikan apakah Covid-19 varian Lambda lebih berbahaya dari varian lainnya atau tidak.

Seperti diketahui, Varian Lambda pertama kali diidentifikasi pada Agustus 2020 di Peru. Hingga April 2021, lebih dari 81 persen kasus Covid-19 di Peru dikaitkan dengan Lambda.

Setelah Peru, per Juni 2021, varian tersebut terdeteksi telah menyebar luas di 29 negara di dunia. Sebagian besar di Amerika Latin, termasuk Argentina dan Chile.

Namun, virus ini diketahui telah menyebar ke berbagai negara lain, seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Kanada.

Gejala Covid-19 varian Lambda tidak jauh berbeda dengan gejala Covid-19 pada umumnya, yaitu demam, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, lemas dan gangguan indera penciuman (anosmia).

Baca juga: Spesialis Paru RSUI Jelaskan Gejala dan Penularan Varian Delta

Menanggapi hal itu, Ketua Institute of Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga (Unair), Prof. Maria Inge Lusida angkat bicara.

Menurutnya, Virus Corona akan terus bermutasi. Sebab, hal tersebut merupakan sifat alamiah virus untuk bertahan hidup.

“Apapun variannya, solusinya adalah patuh terhadap 5M dan segera vaksinasi, jangan tunda vaksinasi,” ujarnya, dilansir dari laman Unair.

Sementara itu mengenai Varian Lambda, ia menjelaskan bahwa potensi penyebaran virus memang lebih cepat. Selain itu, Lambda juga dicurigai dapat menghindar dari antibodi.

Sedangkan terkait efikasi vaksin, kata Inge, diperlukan lebih banyak riset untuk menarik kesimpulan.

“Data dari WHO memang belum menampilkan ya bagaimana efikasi vaksin terhadap Lambda ini. Masih perlu banyak penelitian lebih lanjut,” terangnya.

Baca juga: Pakar UGM: Tips agar Isoman Aman dan Lancar

Prof Inge, menegaskan bahwa selamanya manusia akan hidup berdampingan dengan Covid-19. Terlebih lagi, mutasi Virus Corona tidak dapat diprediksi.

Apakah kemungkinan semakin jinak atau justru berbahaya. Untuk itu, diperlukan upaya pencegahan yang serius agar pandemi segera berakhir.

“Jika vaksinasi sudah 100 persen dan prokes selalu dilakukan, kemungkinan tidak perlu hingga bertahun-tahun untuk bersahabat dengan Covid-19," Pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com