Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 13 Jenis Pelecehan Seksual, Pakar Unair Jelaskan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 13/07/2021, 20:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di mana saja, kapan saja, pelecehan seksual bisa terjadi. Tak terkecuali, lingkungan kampus.

Padahal, lingkungan kampus seharusnya diisi kegiatan akademis yamg positif. Nyatanya, kejadian seperti halnya pelecehan seksual kerap terjadi.

Meski berada di lingkungan akademik, pelecehan seksual terhadap mahasiswa masih seringkali terjadi dan sayangnya belum mendapatkan perhatian serta penanganan yang semestinya.

Pakar Antropologi Ragawi, Gender, dan Seksualitas Universitas Airlangga (Unair) Prof. Myrtati Dyah Artaria mengungkapkan bahwa persepsi yang salah terhadap korban pelecehan seksual serta rendahnya komitmen kampus dapat semakin memperkeruh upaya pencegahan aksi kejahatan tersebut.

Baca juga: Mendikbud Nadiem: Ada 3 Dosa di Sekolah yang Tidak Boleh Ditoleransi

“Ada pengaruh budaya sangat besar yang membentuk persepsi yang berpotensi mendorong pada pelecehan seksual. Ada yang menganggap perhatian secara seksual adalah pujian. Atau menganggap normal seseorang yang menikmati keindahan tubuh orang lain di jalan sambil mengeluarkan ujaran bernuasa sensual,” jelasnya dilansir dari laman resmi Unair.

Persepsi buruk lain yang juga harus diberantas adalah anggapan seseorang dilecehkan karena pakaian yang mengundang atau perilakunya yang membuatnya layak mengalami pelecehan.

“Padahal siapapun dan bagaimanapun mereka, perempuan atau lelaki, tidak layak untuk mengalami hal demikian,” imbuhnya.

Prof. Myrtati juga mengatakan bagaimana pelecehan seksual di ranah kampus dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan jenis. Ia menuturkan, setidaknya ada 13 tipe pelecehan yang harus diketahui dan dipahami agar dapat menghindarinya.

Baca juga: Beasiswa S1 di Malaysia 2021, Kuliah Gratis dan Tunjangan Hidup

Tipe-tipe pelecehan tersebut antara lain:

  • Oportunis
  • Confidante
  • Pemain-kekuasaan
  • Berperan sebagai figure Ibu atau Ayah
  • Geng
  • Pelecahan di tempat tertutup
  • Groper
  • Pelecehan situasional
  • Pest
  • The great gallant
  • Intellectual seducer Incompetent
  • Sexualized environment.

Untuk mencegah pelecehan di lingkungan kampus sendiri, Prof. Myrtati mengimbau agar institusi kampus memiliki kebijakan yang jelas untuk mencegah dan menanggulangi masalah pelecehan seksual. Selain itu, pelaporan tindakan pelecehan seksual harus segera dibarengi dengan penyidikan, konseling psikologis, dan pendampingan untuk mengatasi stres pada penyintas.

Prof. Myrtati menerangkan bahwa perlindungan terhadap korban harus turut menjadi prioritas bersama.

“Penyintas berpotensi kembali menjadi korban, entah dari pelaku yang ingin balas dendam atau oknum-oknum lain yang ada di lingkungannya,” terangnya.

Baca juga: Peneliti IPB: Jahe, Kunyit, dan Temulawak Bisa Obati 30 Jenis Penyakit

Ia menyoroti bagaimana kini masih banyak institusi yang urung berkomitmen pada upaya perlindungan korban karena berusaha melindungi nama baik dan reputasinya.

“Akibatnya, sering terjadi kasus tekanan untuk keluar dari institusi, pemutusan beasiswa, nilai yang buruk, terror, hingga perlakuan yang buruk secara sistemik yang menimpa penyintas,” jelas Guru Besar FISIP Unair tersebut.

Ia berharap agar institusi pendidikan mampu berkomitmen pada kebijakan dan tindakan pencegahan pelecehan seksual maupun perlindungan bagi penyintas.

“Penyintas harus segera mendapat konseling dan pendampingan. Lakukan terapi stress-management, cognitive-behavioral, serta memberikan dukungan dari keluarga maupun para sahabatnya,” tandasnya.

Baca juga: Perempuan Lebih Mudah Idap Gangguan Mental, Ini Penjelasan Pakar Unair

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com