Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usia Bukan Satu-satunya Patokan, Ini Tanda Anak Siap Masuk SD

Kompas.com - 10/07/2021, 09:42 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Psikologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS), Afia Fitriana mengatakan bila dilihat dari sudut pandang psikologi, ukuran kapan anak seharusnya masuk Sekolah Dasar (SD) bukan terletak pada kriteria usia.

Lebih penting dari itu, Afia mengatakan kesiapan anak masuk SD berkaitan dengan kesiapan individu menghadapi aktivitas-aktivitas pembelajaran di sekolah meliputi aspek perkembangan fisik, mental, sosial, dan emosional.

Ia menjelaskan beberapa aspek perkembangan umum yang perlu diperhatikan orangtua sebagai petunjuk apakah seorang anak sudah siap sekolah atau belum.

Aspek-aspek tersebut meliputi development of learning, development of movement, development of speech, development of self, dan development of hand control.

Baca juga: Belajar dari Orangtua Jepang Cara Menanamkan Disiplin pada Anak

Development of learning, lanjut dia, ialah perkembangan dalam hal pembelajaran atau belajar yang berfokus pada keterampilan belajar anak.

Salah satu keterampilan yang cukup penting adalah regulasi diri dalam belajar. Hal ini salah satunya dapat dilihat saat anak belajar di PAUD atau TK.

“Contoh di sekolah, lagi asyik main perosotan, tetapi sudah waktunya masuk kelas. Kalau semangat bermainnya sedang tinggi sulit untuk diredam. Setelah bermain dengan aktif, ketika masuk kelas, anak harus duduk dan mengikuti kelas. Ketika bisa mengubah setting aktif, lebih ke pasif ketika di kelas, berarti siap,” jelas Afia seperti dirangkum dari laman UNS, Jumat (9/7/2021).

Kemudian, development of movement berkaitan dengan fisik. Anak sudah siap memasuki sekolah dasar jika memiliki keseimbangan pergerakan lengan, lompat, dapat mengontrol pergerakan fisik saat lari.

Development of speech berkaitan dengan bahasa reseptif dan ekspresif yang sudah jalan. Afia mencontohkan, bahasa reseptif ini dapat berupa pemahaman anak saat diminta melakukan sesuatu. Sementara bahasa ekspresif ialah respons anak saat diberi perintah tersebut.

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Juli, Seperti Ini Contoh Jadwal Belajar di Kelas

“Misal kita meminta ambil buku dan bawa ke sini, dia paham. Apa yang dilakukan dan apa yang diambil. Tapi dia tidak menjawab secara lisan (sebagai respons) berarti ada hambatan di persoalan ekspresifnya. Kadang merespons dengan suara sangat pelan atau masih malu. Ekspresif tapi sangat kecil,” imbuh Afia.

Sementara itu, develompment of self ini berupa kepercayaan diri anak, manajemen diri, dan sebagainya. Lalu terakhir, development of hand control yakni hands-on activities, motorik.

Berdasarkan beberapa aspek pekembangan umum tersebut, ada tiga kualitas utama yang dibutuhkan anak sehingga siap sekolah. Kualitas ini meliputi kualitas intelektual, motivasional, dan motivasional.

1. Intelektual

Intelektual berhubungan dengan dengan kesiapan anak belajar baca, tulis, dan hitung. Bukan berarti harus bisa terlebih dulu, melainkan memiliki keterampilan untuk mulai belajar.

Untuk menulis, misalkan anak sudah membuat coretan terarah, membuat lingkaran, mewarnai tanpa keluar garis. Lalu Mengenal bentuk-bentuk huruf, memahami konsep arah, atas bawah, kiri kanan.

Baca juga: Siswa Penerima KIP, Kemendikbud Ristek Perbarui Skema Penyaluran Dana

“Kita juga dapat menstimulus sekaligus mengajar life skill. Pakai sepatu dari kaki kanan dulu sekaligus pengenalan persiapan untuk belajar membaca, membaca dimulai dari tulisan kiri. Lalu menghitung, mengenal banyak sedikit, lebih besar lebih sedikit,” jelas Afia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com