KOMPAS.com - Guru Besar IPB, Prof. Euis Sunarti mengaku, tingkat perceraian keluarga di Indonesia tinggi.
Hal itu karena ragam masalah dan tantangan di setiap anggota keluarga.
Baca juga: Dosen IPB Sebut Pria Lebih Sering Kentut Dibanding Wanita
"Tingkat cerai tinggi sekitar 1.200 per hari atau 50 perceraian yang sah secara ketok palu per jam," ucap dia melansir laman IPB, Minggu (4/7/2021),
Dia menyatakan, keluarga Indonesia tumbuh dalam keragaman agama, suku bangsa, adat dan budaya, status sosial, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Lalu ada status kesehatan (stunting), ragam zona ekologi (pesisir pantai, pegunungan, kehutanan, pertambangan) dan sebagainya.
Semua itu, bilang dia, jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi tantangan bagi pola nafkah yang bisa menyebabkan perceraian.
Terlebih lagi kondisi wilayah Indonesia yang rawan bencana serta adanya kemajuan teknologi informasi.
"Ini semua akan mendatangkan ancaman, peluang dan tantangan (semua anggota keluarga)," jelas perempuan yang juga menjadi Pakar Ketahanan Keluarga IPB.
Menurut dia, revolusi industri 4.0 memang mempunyai manfaat, tapi berdampak negatif juga terhadap kehidupan sosial. Khususnya, keluarga sebagai unit sosial terkecil.
Ketidaksiapan keluarga dalam menghadapi volatile, uncertainty, complexity, dan ambiguity (VUCA) akan melahirkan keluarga yang pecah atau saturated family (mengalami perceraian).
Baca juga: Rektor IPB Harap Kampus Masuk Peringkat 400 Terbaik Dunia
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.