Ciri lainnya yaitu turunnya keyakinan pada siswa untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan (reversed professional efficacy).
Dalam kondisi burnout, akibat dari kondisi kelelahan emosional yang dialami, siswa menjadi kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas.
Perasaan antusias dan keyakinan-diri siswa untuk menyelesaikan tugas menjadi menurun. Siswa menjadi tampak kurang memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya.
Menurut (Leiter & Maslach, 2009) ada enam faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya burnout diantaranya work overload, a lack of control, insufficient reward, unfairness, breakdown of community, dan value conflict.
Mengatasi bornuot
Lalu, apa yang bisa kita usahakan untuk mengatasi gejala burnout pada siswa?
Setidaknya ada empat yang bisa kita (ibu/bapak guru beserta siswa) untuk mengurangi / mengantisipasi burnout, yaitu:
- Menyepakati beban pekerjaan (workload/tugas-tugas) yang akan diberikan kepada siswa. Sebisa mungkin menyederhanakan bentuk penugasan, khususnya secara kuantitas. Sebagai ilustrasi, biasanya siswa menerima 10 soal; namun untuk sementara pada masa-masa sulit ini, jumlah soal boleh disepakati 5 soal saja.
- Mengatur waktu pengumpulan tugas jauh-jauh hari. Batas waktu (deadline) pengumpulan tugas secara tidak disadari sebagai salah satu faktor dari perasaan tertekan yang dialami siswa. Burnout akan terjadi pada saat individu mengalami tekanan (stres) bahwa ada pekerjaan, namun waktu yang tersedia, dipersepsi sangat sedikit. Dengan pengaturan waktu sejak jauh hari, siswa akan memiliki perasaan yakin bahwa tugas masih bisa diselesaikan (perasaan kendali [control]), atau cukup waktu untuk menyelesaikannya.
- Menyepakati nilai minimal tertentu sebagai bentuk reward dalam penyelesaian tugas. Jika siswa sudah berusaha menyelesaikan tugas, bisa membuat kesepakatan dengan adanya nilai minimal yang akan diterima oleh siswa. Jangan sampai, siswa sudah berusaha namun siswa merasa bahwa nilai yang diberikan kurang. Perlu kita ketahui bahwa burnout terjadi pada saat individu merasa kurang ada pengharagaan (insufficient reward) terhadap apa yang sudah diusahakannya. Dengan adanya nilai minimal tertentu, jika terjadi kesalahan dalam penilaian, boleh jadi perasaan tidak adil (unfairness) yang dialami siswa dapat diantisipasi (sedikit terobati).
- Memfasilitasi terbentuknya kelompok belajar siswa. Siswa membutuhkan dukungan secara emosional. Burnout terjadi karena individu kelelahan secara emosional. Oleh karena itu, selain dari guru dan orang tua, dukungan emosional juga bisa kita fasilitasi melalui kelompok belajar. Kelompok belajar akan mengurangi persepsi siswa bahwa tidak ada satupun orang yang peduli dengan saya atau terjadinya breakdown of community. Di dalam kelompok belajar yang terbentuk, secara tersamar (incognito) boleh disertakan siswa tertentu yang merupakan agen motivasi (misalnya: siswa yang terkenal cakap dalam bersosialisasi, pintar, dan rela membantu teman-temannya).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.