Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog UGM: Lonjakan Kasus Covid-19 karena Masyarakat Abai Prokes

Kompas.com - 21/06/2021, 11:35 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Belakangan ini lonjakan kasus positif Covid-19 di Indonesia makin mengkhawatirkan.

Hal ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar tapi hampir semuanya mengalami tren kenaikan kasus Covid-19.

Beberapa daerah bahkan mengalami lonjakan signifikan menembus rekor harian. Hingga Minggu (20/6/2021), tercatat kasus positif Covid-19 secara nasional bertambah 13.737 sehingga total kasus Covid-19 di Indonesia menjadi 1.989.909.

Kenaikan tajam kasus positif virus corona ini menurut epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria Wiratama, bukan disebabkan adanya varian baru saja.

Baca juga: PPDB DKI Jakarta 2021 Jalur Zonasi Dibuka, Cek Informasi Lengkapnya

Masyarakat abaikan protokol kesehatan

Tapi juga karena faktor lain, yaitu masyarakat makin mengabaikan protokol kesehatan (prokes). Seperti mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan dan membatasi mobilisasi.

Selain itu, pemerintah dinilai masih kurang dalam melaksanakan upaya pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing) dan perawatan (treatment) atau dikenal dengan istilah 3T.

"Kenaikan wajar karena 3T kurang dan masyarakatnya abai terhadap 5M," kata Bayu Satria seperti dikutip dari laman UGM, Senin (21/6/2021).

Menurut Bayu, naiknya jumlah kasus Covid-19 akhir-akhir ini menyebabkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) perlu dievaluasi apalagi masyarakat semakin abai akan protokol kesehatan.

"PPKM mikro harus dievaluasi. Jangan diperpanjang tanpa evaluasi apapun karena kita tidak tahu kendala apa yang menyebabkan gagalnya PPMKM mikro," ungkap Bayu.

Baca juga: SMA Swasta Terbaik di Jawa Tengah Berdasarkan Nilai UTBK 2020

Peran pemerintah dalam melawan hoaks

Bayu menekankan, selain masalah 5M yang tidak dijalankan masyarakat, ada peran pemerintah yang kurang.

Terutama terkait melawan hoaks dan orang-orang yang suka menyebarkan informasi salah terkait pandemi Covid-19.

Meski kenaikan kasus positif Covid-19 tidak hanya terjadi di tanah air, namun beberapa negara yang dulunya dianggap sukses menekan laju Covid-19 juga mengalami hal serupa.

Terkait hal ini, Bayu tidak sependapat bahwa kenaikan ini menjadi alasan, sebab kondisi Indonesia dan negara lain berbeda.

"Di Indonesia dari awal pemerintahnya tidak solid, 3T tidak merata dan cenderung kurang semua di banyak daerah. Lalu, masyarakat sering abai, kita lebih parah lagi," ungkapnya.

Baca juga: Dosen UMM Wakili Indonesia di Program Toleransi Internasional

Varian baru Covid-19 bukan penyebabnya

Disamping itu, Bayu Satria menilai varian baru bukan 100 persen penyebab utama dari naiknya kasus Covid-19 di Indonesia.

Namun kombinasi antara protokol kesehatan yang dilanggar terus menerus melalui pelonggaran disertai varian baru.

Soal munculnya wacana untuk melakukan lockdown untuk menekan laju kenaikan Covid-19, Bayu menyarankan agar pemerintah pusat dan daerah jangan terburu-buru dalam mengambil suatu kebijakan.

Baca juga: UIN Sunan Kalijaga Paling Diminati di UM PTKIN 2021

Apapun kebijakan yang diambil harus dilakukan dengan mempertimbangkan data yang jelas.

"Harus ada dasar yang jelas dari data maupun lainnya termasuk aspek epidemiologinya. Yang sering terjadi adalah kebijakan diambil tanpa pertimbangan jelas, kemudian tidak pernah dievaluasi," pungkas Bayu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com