Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Cerita 2 Guru Hebat Ikut Wardah Inspiring Teacher yang Diasah Terus Kompetensinya

Kompas.com - 11/06/2021, 17:37 WIB
Albertus Adit

Penulis

"Ketika saya ikut pelatihan ini, ada narasumber yang mendorong peserta untuk lebih percaya diri dan menarik di hadapan siswa," kata Anggi.

Selain itu, Anggi juga bercerita bahwa dirinya mendapat tugas untuk membuat suatu media pembelajaran namun yang sesuai dengan keinginan siswanya.

Sebelumnya, Anggi coba melakukan riset kecil yakni mencari tahu apa yang dibutuhkan siswa di kelas, apa masalah di kelas. Sehingga media pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan siswa di mana dia mengajar.

"Namun terpenting, ketika ikut program Wardah Inspiring Teacher ini ialah saya belajar bersama dengan teman-teman guru lain yang ternyata itu jauh lebih aplikatif dibanding hanya mendapat teori-teori saja," terangnya.

Baca juga: Jurnalis Harus Mengedukasi Masyarakat, Pakar Komunikasi: Ini Kiatnya

Pesan lain yang disampaikan Anggi ialah Wardah Inspiring Teacher diibaratkan seperti Multi Level Marketing (MLM).

Kenapa demikian? Ini karena ia merasa bahwa kebaikan dari WIT ini tidak akan putus. Sebab, mampu membuka jaringan lain untuk saling berbagi antara guru satu dengan guru yang lain.

Karena kegigihan Anggi, akhirnya ia berkesempatan dan jadi perwakilan guru di DIY untuk belajar di salah satu negara dengan pendidikan terbaik di dunia yakni di New Zealand.

Guru harus saling berkolaborasi

Cerita lain tak kalah menarik disampaikan oleh alumni WIT tahun 2020, Ika Ayu Pratiwi guru TKIT VMC Depok Jawa Barat.

Menurutnya, di WIT itu bukan suatu kompetisi. Melainkan suatu pelatihan kepada guru untuk saling mengisi dan berkolaborasi.

"Awalnya saya kira ini suatu kompetisi. Tidak terpikir ini adalah pelatihan. Saya juga sempat bercerita pada murid-murid tentang program pelatihan ini, dan ternyata mereka mendukung dan siap mendaftarkan saya sebagai guru yang menginspirasi," ungkapnya.

Namun setelah masuk Wardah Inspiring Teacher ini, ia tidak menyangka karena bisa bertemu dengan guru-guru inspiratif lain untuk berkolaborasi.

Bahkan dia juga mengaku bahwa kesehariannya bekerja sebagai guru PAUD terpaku pada administrasi sekolah.

Padahal, hati kecilnya ingin berinovasi demi mengembangkan pembelajaran yang inovatif sesuai kebutuhan siswa.

Meski demikian, Ika tetap berjalan sesuai keinginan hatinya yakni dengan membuat terobosan agar anak-anak didiknya merasa senang dan tidak bosan belajar.

Ia terus berinovasi hingga berhasil membuat sebuah karya atau media pembelajaran yang dia beri nama "Karena Cinta".

Baca juga: Pengamat Pendidikan Ingatkan Jurnalis Turut Mencerdaskan Bangsa

Atau Kartu Edukasi Nama, Cara Inovasi Belajar pra membaca, menulis, dan menghitung.

"Ternyata, murid saya ini antusias dan senang belajar sambil bermain dengan media pembelajaran saya ini," tandas Ika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com