Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/06/2021, 20:52 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Makanan berjenis junk food sering kali dianggap sebagai faktor obesitas pada tubuh manusia.

Hal ini menyebabkan banyak orang menganggap pengurangan konsumsi junk food saja cukup untuk dapat mengatasi obesitas.

Baca juga: Pakar Unair: Sinetron Zahra Sadarkan Masyarakat Bahaya Pernikahan Dini

Padahal, menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam Unair Hermina Novida, ada beberapa hal yang dapat memengaruhi berat badan seseorang.

Pertama, kalori yang masuk jauh lebih banyak dari yang keluar.

"Hal ini menyebabkan mudahnya terjadi penumpukan kalori, yang kemudian berubah menjadi lemak dan berujung pada obesitas," ucap dia melansir laman Unair, Rabu (9/6/2021).

Kedua, obesitas dapat disebabkan oleh kondisi lain yang tidak melulu berkaitan dengan asupan makanan.

Dia mengatakan, junk food yang sering disamakan dengan fast food nyatanya berbeda.

Fast food atau makanan cepat saji merupakan makanan yang disiapkan agar bisa segera dikonsumsi, sehingga tidak semua fast food adalah junk food.

Sedangkan junk food merupakan makanan yang kaya akan gula, garam, kalori, lemak jenuh dan memiliki kandungan gizi yang minim.

Bila berlebihan mengkonsumsi makanan jenis ini, bilang dia, maka akan menyebabkan penumpukkan gula, garam, dan lemak yang memicu kenaikan berat badan atau obesitas.

Baca juga: 5 Jalur PPDB 2021 Kota Bogor, Ada Kuota bagi Anak Tenaga Medis

"Sehingga junk food memang bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kegemukan atau obesitas. Namun perlu diperhatikan juga penyebab lain selain dari asupan makanan," jelas dia yang juga menjadi Dosen di Fakultas Kedokteran Unair.

Dia menegaskan, asupan junk food yang berlebihan dapat menjadi penyebab obesitas, namun tidak semua obesitas disebabkan oleh asupan makanan.

"Keadaan hipotiroid, gangguan hormon adrenal atau kondisi-kondisi tertentu juga bisa menyebabkan kegemukan," ujarnya.

Menurut dia, mengurangi asupan kalori dan meningkatkan aktifitas fisik merupakan kunci dari menurunkan berat badan.

"Bila obesitas, sebaiknya asupan kalori diturunkan sebanyak 500-1000 kalori dari asupan normal," ungkap dia.

Tidak hanya itu, lanjut dia, kandungan gizi dalam makanan juga harus diperhatikan. Karbohidrat simpel yang banyak mengandung gula sebaiknya diganti sayur dan karbohidrat kompleks yang mengandung banyak serat.

Selain itu, mengonsumsi air putih, menghindari minuman bergula, dan meningkatkan aktifitas fisik, juga merupakan perilaku yang mendorong penurunan berat badan.

"Kalau yang disarankan, untuk obesitas sebaiknya melakukan olahraga selama 30-45 menit per hari, sebanyak lima hari per minggu dengan intensitas sedang. Namun jika pasien obesitas ingin turunnya lebih banyak, maka dapat ditingkatkan menjadi 45-60 menit per hari, selama 5-6 hari per minggu," sebut dia.

Baca juga: Minggu Awal PTM Terbatas, Kemendikbud Ristek: Tidak Ada Materi Belajar

Dia menambahkan, sebelum melakukan program penurunan berat badan, pasien sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi lain yang mendasari obesitas dan adanya pantangan tertentu dalam aktifitas fisik dan diet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com