Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UNJ Bedah Buku "Darul Misaq" Ma'ruf Amin: Jalan Tengah Pandangan Islam dan NKRI

Kompas.com - 07/06/2021, 16:02 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pada era disrupsi, tantangan ikatan kebangsaan Indonesia datang dari teknologi, komunikasi dan infomasi digital, terutama media sosial yang dinilai penuh resiko. Persebaran informasi dari media sosial sangat masif dan semakin sulit dikendalikan. Informasi hoaks, provokasi, dan ujaran kebencian sangat mudah ditemui di media sosial.

Menanggapi kondisi, Universitas Negeri Jakarta (UNJ) menggelar bedah buku "Darul Misaq: Indonesia Negara Kesepakatan" karya Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin. Kegiatan ini masih menjadi rangkaian dies natalis UNJ ke-57.

Acara diadakan secara daring dan luring pada Senin, 7 Juni 2021 di Aula Gedung University Training Center Lantai 8, Kampus A UNJ, Jakarta.

Dalam sambutannya, Wakil Presiden, Prof. K.H. Ma’ruf Amin, mengatakan dirinya memberikan apresiasi kepada UNJ atas penyelenggaraan bedah buku mengenai Darul Misaq.

Dikutip dari rilis resmi (7/6/2021),  Prof. K.H. Ma’ruf Amin, mengungkapkan pemikiran mengenai Darul Misaq sebagai "jalan" tengah atas pandangan Islam dan NKRI untuk menjadi negara moderat dan penuh toleransi atas berbagai keragaman yang ada di Indonesia.

Ia berharap, pemikiran Darul Misaq ini dapat menjadi gagasan baik demi mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca juga: Indonesia Kelaparan Buku, Komisi X Dukung Usulan Kenaikan Anggaran Perpusnas

Solusi problem ikatan kebangsaan

Dalam kesempatan sama, Rektor UNJ, Prof. Komarudin mengatakan, buku “Darul Misaq: Indonesia Negara Kesepakatan" merupakan oase dan sekaligus solusi dalam mengatasi problematika ikatan kebangsaan yang tengah menghadapi tantangan besar era disrupsi.

Konsepsi Darul Misaq, tambahnya, telah melalui proses panjang pergulatan pemikiran, genealogis, dan empirik sang empunya sejak di dunia pesantren, kampus, organisasi kemasyarakatan, organisasi politik, hingga pemerintahan.

"Konsepsi Darul Misaq secara detail, tidak hanya menjelaskan konteks sosial politik yang melatarbelakangi munculnya terminologi Darul Misaq, tetapi juga pembahasan mendasar tentang Darul Misaq dalam bingkai teologis, sosial, politik, pendidikan, dan kebangsaan," jelas Prof. Komarudin.

Ia menambahkan, “dalam konteks bidang pendidikan, konsepsi Darul Misaq menjadi diskursus penting yang relevan dan solutif di tengah problematika pendidikan nasional yang minus dan hampa kesadaran kebangsaan."

Selanjutnya, konsepsi Darul Misaq dapat menjadi jembatan bagi lahirnya kurikulum pendidikan nasional yang berwawasan kebangsaan.

"Kurikulum Pendidikan Kebangsaan yang bertujuan untuk melahirkan kecerdasan kewargaan digital yang pancasilais, moderat, dan berakhlaqul karimah,” tegas Prof. Komarudin.

Sedangkan menurut Prof. Nadiroh, Direktur Pascasarjana UNJ yang juga menjadi narasumber kegiatan bedah buku, makna Darul Misaq merupakan realitas keragaman yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia.

"Internalisasi nilai Darul Misaq dapat dilalui dengan melalui adaptasi dan transformasi," ujar Prof. Nadiroh.

Tentang buku "Darul Misaq"

Baca juga: Sekolah Tatap Muka Juli, Kemendikbud Ristek Luncurkan Buku Panduan Ini

Bedah buku yang dibuka Wakil Presiden RI, Prof. Ma'ruf Amin dan Rektor UNJ, Prof. Komarudin ini menghadirkan beberapa pembicara, di antaranya; Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Prof. Yudian Wahyudi, dan Dosen Filsafat Ketuhanan STF Driyarka, Simon Petrus Lili Tjahjadi.

Selain itu turut hadir memberi pengantar diskusi; Staf Khusus Wakil Presiden, Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Pakar Pendidikan, Prof. Azyumardi Azra, Ketua Penulis Rahmat Edi Irawan dan Dosen FIS UNJ M. Fakhruddin selaku moderator.

Melalui buku ini, Prof. K.H. Ma'ruf Amin memaparkan pandangannya bagaimana Indonesia sebagai nation state dan mozaik luar biasa indah yang ditenun dari kemajemukan suku bangsa, adat istiadat, bahasa, agama, ras, dan antar golongan.

Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika menjadi pengikat kemajemukan tersebut.

Sebagai negara bangsa yang majemuk, Indonesia juga dianugerahi kondisi geografis yang unik-strategis dan begitu banyak kekayaan alam yang melimpah dari lautan dan daratannya, agar dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Potensi kemajemukan dan kekayaan alam tersebut merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi ikatan kebangsaan Indonesia.

Prof. Ma'ruf Amin melihat, ikatan kebangsaan Indonesia tidak muncul begitu saja, melainkan melalui proses panjang dan fluktuatif.

Trajektori semangat dan rasa kebangsaan Indonesia, pada masanya naik sampai pada titik yang paling tinggi, seperti terlihat pada momentum Kebangkitan Nasional (1908), Sumpah Pemuda (1928) dan Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (1945).

Namun, pada masa yang lain turun sampai pada titik yang kritis dan mengkhawatirkan, misalnya pada konflik 1950-1960'an dan 1998 – 2000'an, bahkan mengancam disintegrasi bangsa.

Hal ini dapat dimengerti, karena semangat dan rasa kebangsaan tidaklah bersifat permanen, melainkan sangat bergantung pada kondisi dan situasi yang melingkupinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com