Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Itera Ciptakan Alat Pendeteksi Kantuk Saat Berkendara

Kompas.com - 06/06/2021, 15:18 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu penyebab kecelakaan adalah faktor human error. Termasuk saat kondisi sopir mengantuk hingga menyebabkan kecelakaan.

Permasalahan ini yang memberikan ide tiga mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung mengembangkan alat pendeteksi kantuk pada pengemudi atau sopir kendaraan berat. Alat yang dikembangkan David Styawan, Dodi Josua Siregar, dan Lutfi Arazi ini berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan internet of things (IoT).

Alat yang dikembangkan sebagai tugas akhir mahasiswa ini, secara umum berfungsi mendeteksi dan memberikan peringatan bagi pengemudi kendaraan berat yang mengantuk saat berkendara.

Menurut Lutfi Arazi, alat akan berfungsi memberikan peringatan suara melalui alarm kepada pengemudi dan menyampaikan notifikasi khusus ke mandor atau atasan tempat pengemudi bekerja.

Baca juga: Tips Tentukan Pilihan Jurusan Kuliah ala Akademisi Unpar

Gagas alat pendeteksi kantuk pada sopir

Lutfi mengungkapkan, alat pendeteksi kantuk ini bekerja dengan menyimpan data citra berupa foto wajah pengemudi saat sedang mengantuk, seperti saat menguap, atau kondisi mata terpejam dalam waktu tertentu.

"Citra tersebut kemudian dikirim ke database khusus yang telah diciptakan yaitu Detection for heavy vehicle using artificial intelligence (AI) and internet of things (IoT) technology (DETV)," kata Lutfi seperti dikutip dari laman Itera, Minggu (6/6/2021).

Sistem ini, lanjut Lutfi, akan bekerja secara maksimal apabila memenuhi beberapa kondisi. Seperti pencahayaan yang cukup, jarak pengemudi tidak terlalu jauh dengan kamera, serta mata dan mulut pengemudi yang tidak terhalang sesuatu.

Lutfi Arazi menyampaikan, salah satu latar belakang penciptaan alat ini karena berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, kasus kecelakaan kerja mengalami kenaikan setiap tahunnya dan mencapai 114.148 kasus pada tahun 2018.

Baca juga: Siswa Wajib Tahu, Seperti Ini Paradigma Pembelajaran Abad 21

Salah satu penyebab dari kecelakaan kerja adalah kesalahan manusia. Misalnya sopir yang mengantuk saat mengemudikan kendaraan.

"Dengan adanya alat ini merupakan suatu upaya untuk menekan laju kenaikan kasus kecelakaan kerja tersebut," ujar Lutfi.

Spesifikasi alat pendeteksi kantuk

Lutfi juga memaparkan, spesifikasi keseluruhan dari sistem ini terdiri atas dua bagian, yaitu hardware dan software.

Pada bagian hardware, alat yang dinamai DETV menggunakan tegangan input 12 V Direct Current (DC) dan arus input 2 A, serta dibungkus dengan box packaging berdimensi 18.5cm x 11.5cm x 5.5cm.

"Isi paket pada alat ini diantaranya terdiri atas Raspberry pi 4 Model B, modul Uninterruptible Power Supply (UPS), modul LM2596, modem Wireless Fidelity (WiFi) 2.4 GHz, sirine, kamera 1.080p, relay 5V DC dan relay 12V DC," urai Lutfi.

Baca juga: 10 Prodi Saintek Paling Ketat di SIMAK UI 2020

Sedangkan pada bagian software dari sistem ini berupa website DETV yang memiliki beberapa fitur, antara lain fitur login, fitur dashboard, fitur data tabel, fitur data grafik, fitur data kendaraan. Selain itu juga ada fitur about, serta aplikasi andorid DETV yang masih dalam tahap pengembangan.

"Fitur dasar dari alat ini antara lain memberikan suara sirine kepada pengemudi kendaraan ketika terdeteksi mengantuk, memberikan notifikasi ke mandor ketika terdapat pengemudi kendaraan berat yang terindikasi mengantuk, dan pemrosesan citra pengemudi oleh Raspberry pi 4 Model B yang kemudian dikirim ke database," papar Lutfi.

Fitur tambahan

Alat ini dilengkapi beberapa fitur tambahan antara desain yang fleksibel sehingga tidak mengganggu penglihatan pengemudi dan mudah diimplementasikan pada kendaraan berat tanpa perlu mengubah sistem kendaraan tersebut.

Mandor atau atasan juga dapat melihat data citra deteksi berupa tabel dan grafik pada website DETV, serta indikator baterai. Lutfi menambahkan, karakteristik dari sistem ini antara lain harus selalu terkoneksi dengan internet. Alat ini dapat beroperasi pada intensitas cahaya minimal 20 Lux, dan jarak deteksi maksimal 90 cm.

Baca juga: Siswa, Ini Penyebab Ayam Cemani Berwarna Hitam tapi Telur Tetap Putih

Alat pendeteksi pengemudi mengantuk ini juga lolos pendanaan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2021 yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) bersama dengan 6 tim lainnya dari Itera Lampung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com