KOMPAS.com - Cara kerja jurnalistik saat ini tidak hanya terpaku pada menyampaikan informasi kepada publik berdasarkan suatu kejadian atau fakta.
Tetapi lebih dari pada itu, informasi yang sampai kepada publik harus benar-benar menjadi suatu kebijaksanaan atau wisdom.
Lantas, bagaimana caranya? Menurut Dosen Akademi Televisi Indonesia (ATVI) yang juga praktisi (jurnalis), Frans Surdiasis, setiap pemberitaan harus berdasarkan data.
Baca juga: Pengamat Pendidikan Ingatkan Jurnalis Turut Mencerdaskan Bangsa
Dijelaskan Frans, jurnalisme data berarti menyampaikan cerita dengan data dan menemukan makna di dalamnya.
Jurnalisme data berkaitan dengan memperlakukan data sebagai sumber atau bahan yang melengkapi pengamatan, pernyataan pejabat maupun ahli.
"Namun sebelum mendapatkan berita yang berkualitas berdasarkan data, seorang jurnalis harus paham dengan jurnalisme data itu sendiri," terang Frans pada Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) 2021 gelaran Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) secara daring, Rabu (2/6/2021).
Lebih lanjut Frans mengatakan, jurnalisme data diperlukan karena saat ini:
Dikatakan Frans bahwa dari zaman acta diurna Romawi hingga era digital saat ini, esensi dasar pekerjaan wartawan tidak berubah.
Yakni pergi ke luar, lihat dan dengar apa yang terjadi, lalu kembali melaporkan kepada pembaca, atau what is really going on?
Baca juga: 6 Dampak Negatif Media Sosial, Siswa Wajib Hati-hati
Di tengah lingkungan informasi yang makin kompleks, wartawan tidak bisa lagi sekadar mengandalkan insting berita.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.