Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Work From Bali Miliki Kelemahan, Ini Penjelasan Pakar UGM

Kompas.com - 27/05/2021, 19:40 WIB
Mahar Prastiwi,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19, sektor pariwisata di Bali belum normal seperti sedia kala.

Hal ini tentu menjadi perhatian pemerintah karena Bali menjadi penyumbang devisa cukup besar dari sektor pariwisata.

Baru-baru pemerintah melalui Menko Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan tengah merencanakan program Work From Bali (WFB) bagi aparatur sipil negara (ASN) di Kemenko Bidang Kemaritiman dan tujuh Kementerian atau Lembaga lainnya.

WFB ini dicanangkan untuk mendorong pemulihan ekonomi pariwisata di Bali. Termasuk harapan agar bisa meningkatkan rasa percaya wisatawan domestik sehingga mampu memulihkan sektor pariwisata Bali.

Baca juga: Simak Biaya Kuliah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Jalur SBMPN

Pendapat pakar UGM mengenai Work From Bali

Menanggapi program itu, pakar kebijakan publik, sekaligus Dosen Manajemen Kebijakan Publik (MKP) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) Yogyakarta, Prof. Wahyudi Kumorotomo mengimbau pemerintah lebih mengutamakan program yang mempunyai semangat anggaran.

Wahyudi mengingatkan, bahwa anggaran yang dikeluarkan untuk PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) terus mengalami pelonjakan.

Anggaran PEN bersadarkan komitmen stimulus dengan UU No. 2 Tahun 2020 yang semula sebesar Rp 450,1 triliun telah meningkat menjadi Rp 677,2 triliun.

Bahkan, pada tahun 2021, volume pembiayaan sudah menginjak angka Rp 971,2 triliun.

Baca juga: Ini Gaya Pembelajaran Mahasiswa UNY Saat Ikuti Program Kampus Mengajar

Pemerintah seharusnya tetap berhemat

Tentu menjadi hal yang positif ketika pemerintah Indonesia merekomendasikan untuk mencegah peningkatan angka pengangguran dan menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Namun, ketika di sisi lain penerimaan negara yang diketahui masih tergolong lemah, maka hal tersebut menjadi sangat penting dalam pengambilan kebijakan.

"Dengan tingkat penerimaan negara yang masih lemah, seharusnya aparat pemerintah tetap berhemat," terang Wahyudi seperti dikutip dari laman ugm.ac.id, Kamis (27/5/2021).

Baca juga: Anak Usaha Astra Ini Buka Lowongan Kerja bagi S1 Fresh Graduate

Kelemahan WFB

Wahyudi menilai program WFB memiliki beberapa titik kelemahan, yakni:

1. Policy Work From Bali jelas memboroskan anggaran belanja negara oleh aparatur sendiri.
Hal ini dapat dikatakan menunjukkan teladan yang kurang baik kepada masyarakat luas.

2. Meskipun WFB dilakukan dengan protokol kesehatan (prokes) yang ketat, berkumpulnya banyak orang di obyek-obyek wisata tetap berisiko penularan Covid-19.

Untuk itu, alangkah lebih baik jika pemerintah memilih alternatif lain untuk mengubah pariwisata di Bali.

Alternatif lain

Baca juga: Efektif Turunkan Kasus DBD, UGM Lepas Nyamuk Wolbachia di Sleman

Menurutnya, alternatif tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti:

  • Wisata minat khusus
  • Wisata spriritual
  • Paket-paket wisata lain yang tidak menimbulkan kerumunan dan tetap aman bagi pelaku wisata di Bali.

"Tetapi tidak harus dengan membuat ketentuan agar pegawai ASN beramai-ramai melakukan rapat-rapat dan kegiatan di Bali," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com