KOMPAS.com - Givanni Alief, alumni FPK UNAIR lulusan 2016 telah mencoba budidaya ikan cupang sejak lulus SMA.
Hasil dari budidaya cupang yang dilakoninya baru mulai membuahkan hasil saat kuliah.
Baca juga: UI Edukasi Santri di Pondok Pesantren, Demi Cegah Penyebaran Covid-19
Givanni mengaku ada tiga jenis ikan cupang yang biasa dibudidaya. Yakni, cupang alam, hias, dan adu.
Dia menyebut ikan cupang hias adalah pasar terbesar. Mengingat, terdapat kompetisi ikan cupang hias yang lebih luas.
Bukan hanya untuk kompetisi saja, tapi pasar ikan cupang hias juga dapat memenuhi kebutuhan hobi dari konsumen bahkan untuk sebuah percobaan.
Ikan cupang hias memiliki beberapa jenis, di antaranya, Halfmoon, Double tail, Serit, Plakad, dan Giant.
"Pasar terbesar ya ikan cupang hias. Cupang adu ada pasarnya, cuman tidak sebesar cupang hias," tutur dia melansir laman Unair, Sabtu (22/5/2021).
Dia menyatakan, kompetisi cupang hias memiliki pasar yang lebih baik. Bukan hanya dijadikan ikan kompetisi, ada ikan buat hobi dan ada juga sekadar untuk percobaan-percobaan.
Baca juga: Pakar Unair: Tanaman Pegagan Hambat Pertumbuhan Sel Tumor
Tidak lupa, Givanni memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi usaha ikan cupang.
Salah satu faktor pendukungnya, yaitu Indonesia yang beriklim tropis.
"Hampir di seluruh Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, Filipina, semuanya beternak ikan cupang," jelas dia
Tujuan utamanya, yaitu untuk diekspor ke negara beriklim non-tropis yang susah untuk budidaya ikan.
Jika dilakukan pada tempat yang non-tropis, budidaya harus menggunakan sinar ultraviolet.
"Ikan yang tidak terkena matahari hasilnya akan kurang bagus. Hasil breeding-annya itu tidak bisa sebagus yang terkena matahari," ujar dia.
Dia menyatakan, ada faktor penghambat dari budidaya ikan cupang, yaitu menjamurnya peternak maupun pedagang musiman.