Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter RSND Undip: Jangan Takut Hipertensi, Kendalikan dengan Cara Ini

Kompas.com - 22/05/2021, 09:55 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu penyakit yang banyak diderita masyarakat ialah hipertensi atau darah tinggi. Jika tidak diobati maka bisa menyebabkan masalah kesehatan.

Banyak orang sakit stroke biasanya karena hipertensi. Atau sakit jantung juga disebabkan hipertensi. Maka dari itu, tekanan dasah seseorang harus normal.

Menurut dr. Andreas Arie Setiawan, Sp.PD-KKV (Dokter Spesialis Penyakit Dalam RSND Undip) menjelaskan hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah pasien lebih dari 130/90 mmHG.

Baca juga: Sakit Gigi? Ini 3 Tips Obati Sendiri dari Dosen FKG Unpad

"Hipertensi itu ada yang sifatnya primer," ujarnya seperti dikutip dari laman Universitas Diponegoro (Undip), Kamis (20/5/2021).

Dikatakan sifatnya primer, artinya dari sananya memang hipertensi dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, misalnya gagal ginjal atau gagal jantung yang bisa menyebabkan hipertensi.

Faktor penyebab hipertensi

Tetapi ada yang namanya faktor risiko, salah satu faktor risiko misalnya:

1. Gemuk, artinya kalau orang gemuk maka ia cenderung lebih mudah mengalami hipertensi daripada yang tidak gemuk.

2. Kebiasaan hidup kurang olahraga.

3. Kebiasaan merokok juga merupakan faktor risiko hipertensi.

"Setelah puasa sebulan penuh lalu di momen lebaran pasti ada suguhan yang enak-enak seperti opor, ayam goreng, sambel goreng ati dan itu semua adalah makanan berlemak yang merupakan faktor resiko juga untuk mengalami hipertensi," terangnya.

Dijelaskan, jika seseorang mengalami atau memiliki faktor-faktor risiko maka akan terjadi banyak hal, yaitu:

  • bisa penyempitan pada pembuluh darah
  • bisa penebalan pada dinding pembuluh darah

Baca juga: Akademisi UGM: Pasien Hipertensi Tetap Minum Obat Ini Saat Pandemi Covid-19

"Peradangan pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah, maka lalu orangnya mengalami yang kita sebut sebagai hipertensi," lanjutnya.

Menurutnya, hipertensi sekunder bisa hilang tapi hipertensi primer pengendaliannya dengan konsumsi obat.

Ada yang mengatakan minum obat itu bisa menyebabkan kecanduan obat, sebenarnya itu bukan kecanduan, sebab kecanduan berarti kita melakukan atau mengonsumsi sesuatu yang tidak kita perlukan.

Pada pasien hipertensi, obat diperlukan untuk mengendalikan hipertensi dan tidak perlu kuatir karena dengan minum obat secara teratur hipertensi akan terkendali.

"Ini penting dan perlu dipahami karena hipertensi sendiri merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit-penyakit yang lain, seperti penyakit jantung, stroke, penyakit pembuluh darah dan lain sebagainya jadi memang sebaiknya patut untuk dikendalikan tekanan darahnya supaya tidak terlalu tinggi," terangnya.

Upaya pengendalian hipertensi

1. Adapun upaya pengendalian hipertensi ialah perubahan gaya hidup yang jadi salah satu solusi.

2. Olahraga bisa mengurangi resiko hipertensi, tentunya olahraga yang sifatnya aerobik dan konstan misalnya:

  • jalan
  • jogging
  • sepeda statis

Sekali olahraga paling tidak 20 sampai dengan 30 menit dan dilakukan seminggu 3 sampai 4 kali.

3. Selanjutnya menjaga pola makan, memperbanyak sayur dan buah. Bukan berarti berpantang makanan tertentu tapi juga tidak sebebas-bebasnya, artinya makanan yang seimbang dengan mengurangi makanan-makanan yang berlemak.

Baca juga: Gangren Jadi Gejala Baru Covid-19, Ini Penjelasan Dokter RSA UGM

"Obat bukan satu-satunya cara tetapi upaya lainnya bisa dilakukan dengan pengendalian diri melalui diet dan olahraga, serta menghentikan rokok bagi perokok," ungkapnya.

Dokter Andreas memberikan pesan pada masyarakat untuk tidak takut dengan hipertensi. Kalau ada faktor risiko seperti stres, kurang olahraga dan lain-lain, faktor risikonya bisa dikendalikan mulai sekarang.

Tentu dengan rajin cek tekanan darah dan kalau sudah ada hipertensi tidak perlu cemas karena itu bisa diatasi baik dengan olah raga, diet ataupun konsumsi obat yang bisa didiskusikan dan dikonsultasikan dengan dokter.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com