Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/05/2021, 12:27 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

KOMPAS.com - Selain menyiapkan menu ketupat dan lauk pendamping, mengirimkan hantaran alias parsel atau hamper kepada kerabat menjadi salah satu tradisi masyarakat menjelang hari raya.

Tidak sekadar wujud belas kasih, tradisi ini ternyata menjadi bagian dalam sejarah perjalanan panjang bangsa Indonesia.

Sejarawan kuliner Universitas Padjadjaran Fadly Rahman mengemukakan, bila melihat dari sisi historis, tradisi mengirimkan hantaran dipengaruhi oleh dua masa kebudayaan, yaitu prakolonial serta kebudayaan kolonial.

“Tradisi ini memang khas menunjukkan kerukunan masyarakat agraris di Nusantara,” ujar Fadly seperti dilansir dari laman Unpad.

Baca juga: Biaya Kuliah S1 Jalur Mandiri PTN 2021: UI, UGM, ITB

Sejak masa prakolonial

Di masa prakolonial, papar dia, tradisi mengirimkan hantaran banyak dilakukan masyarakat pada hari yang memiliki momen khusus, seperti ketika hari raya panen hingga hari raya keagamaan.

Jenis makanan yang menjadi hantaran di masa prakolonial berupa kudapan tradisional, seperti rengginang, dodol, dan wajit yang beken di kalangan masyarakat lokal.

Hantaran diberikan kepada antar tetangga sebagai bentuk ekspresi raya syukur atas limpahan hasil pangan.

Tidak hanya antar tetangga, tradisi ini juga dilakukan masyarakat agraris kepada pihak kerajaan.

Di hari raya, rakyat biasa mengirimkan upeti kepada kerajaan berupa makanan dan bahan pangan sebagai bentuk syukur kepada penguasa.

Baca juga: Beasiswa S1 Jepang 2022, Kuliah Gratis dan Tunjangan Rp 15 Juta Per Bulan

Seiring masa kolonial masuk, tradisi ini tetap dipertahankan oleh masyarakat, tetapi ada dinamika di dalamnya.

Dinamika terlihat dari wujud makanannya. Pada masa ini, kudapan yang berasal dari benua Eropa mulai menjadi hantaran selain kudapan lokal. Sebut saja jenis kue nastar, kastengel, hingga putri salju.

“Dulu kue-kue yang dibuat keluarga Eropa dijadikan hantaran antar kaum priyayi. Masyarakat Muslim kalangan priyayi pada masa lalu itu menerima hantaran dari orang Eropa,” paparnya.

Aneka kue kolonial tersebut tetap eksis menjadi kudapan khas hari raya hingga saat ini berkat resep yang diwariskan turun temurun.

Makanan dan kelestarian warisan kuliner

Fadly menyimpulkan, Lebaran maupun momen hari raya keagamaan di Indonesia juga berperan penting dalam menjaga pusaka kuliner warisan masa lalu.

“Momen ini yang bisa membuat kuliner masa lalu bisa tetap bertahan dan disukai masyarakat kita,” imbuhnya.

Baca juga: Biaya Kuliah S1 Jalur Mandiri PTN 2021: Unpad, Unair, ITS

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com