Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Epidemiolog UGM: Tes Acak Pemudik Tak Bisa Jadi Bahan Rujukan

Kompas.com - 12/05/2021, 10:48 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Hartarto menyampaikan pemerintah melakukan tes acak terhadap 6.742 pemudik yang melalui pos penyekatan.

Dari tes acak didapatkan sekitar 4.123 pemudik yang terkonfirmasi positif Covid-19. Dari data itu diketahui lebih dari 60 persen pemudik terkonfirmasi positif.

Baca juga: Ini Alasan Bayi Baru Lahir Harus Menangis Menurut Ahli RSTK Airlangga

Menurut Epidemiolog UGM Bayu Satria Wiratama, data itu belum bisa menunjukkan gambaran angka sebenarnya.

Sebab, tes itu dilakukan secara acak dan tidak disebutkan alat tes deteksi Covid-19 yang digunakan.

"Belum tentu (angka sebenarnya) karena untuk menggambarkan kondisi sebenarnya kita perlu kaidah yang benar dalam mengambil sampel secara acak," ucap Bayu melansir laman UGM, Rabu (12/5/2021).

Dia menyebut, jika tes secara acak menggunakan tes rapid antigen, swab PCR atau Genose C-19 maka angka terkonfirmasi positif sebesar itu menunjukkan hal yang cukup mengkhawatirkan.

Namun begitu, tidak bisa menjadi dasar untuk mengatakan secara keseluruhan kondisi gambaran pemudik yang terpapar Covid-19.

"Untuk mencapai gambaran sebenarnya perlu sistematika pengambilan sampel acak yang sesuai kaidah," jelas dia.

Meski demikian, Bayu sepakat kebijakan pelarangan mudik yang dilakukan oleh pemerintah mengantisipasi adanya gelombang kedua pandemi dan kekhawatiran naiknya kasus Covid-19 seperti yang terjadi di India.

Meski sudah ada larangan mudik tetap ada saja warga yang memilih mudik jauh-jauh hari bahkan menerobos pos-pos penyekatan mudik.

"Pelarangan mudik susah dilakukan apalagi tanpa penjelasan dan komunikasi yang bagus dari pemerintah. Misalnya kenapa mudik dilarang tapi berwisata boleh?” kata dia.

Baca juga: Tips Redakan Stres ala Pakar IPB

Bagi warga yang terlanjur mudik di kampung halamannya, Bayu menyarankan agar dilakukan pengetatan di wilayah tujuan mudik.

Menurut dia, setiap yang mudik harus dilakukan tes Covid-19 sebanyak dua kali pada saat kedatangan dan dikarantina terlebih dahulu.

Pemantauan di kampung setempat

Selanjutnya ada penguatan sistem surveilans dan monitoring kasus di masing-masing wilayah terutama sampai tingkat RT/RW.

Apabila dilakukan sudah dilakukan deteksi dini dan diisolasi dengan cepat kasus yang muncul maka bisa ditekan penyebarannya.

"Intinya jika memungkinkan semua pemudik yang kembali pulang dikarantina dulu 5 hari dan dites dua kali," jelas dia.

Namun, yang tidak kalah lebih penting pelaporan di tingkat RT/RW juga harus bagus untuk mencatat siapa saja pemudik yg datang sampai dengan kontak dan alamat asal untuk dilaporkan ke satgas daerah.

"Tujuannya untuk mempermudah kontak tracing jika terjadi kasus," ungkap dia.

Meski ada larangan mudik, sambung dia, sosialisasi penggunaan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan hingga rajin mencuci tangan, tetap menjadi kunci utama penanggulangan penyebaran Covid-19.

Baca juga: Telanjur Mudik? Epidemiolog UGM Sarankan 3 Hal Ini

Oleh karena itu, edukasi tetap menjadi bagian yang penting dalam pencegahan Covid-19 dan sebaiknya perlu dibuat seragam dari pusat sampai daerah karena sampai saat ini masih belum seragam.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com