Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/05/2021, 17:19 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Sebanyak 12 universitas sepakat mendukung program Kampus Merdeka, Merdeka Belajar yang digagas Kemendikbud lewat ICE (Indonesia Cyber Education) Institute.

ICE Institute merupakan marketplace atau lokapasar pembelajaran daring Indonesia yang berisi galeri mata kulian daring yang dapat ditempuh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi dan dapat dialihkreditkan dalam lingkup pendidikan tinggi Indonesia.

Dalam penandatanganan kerja sama yang dilaksanakan di Univeristas Terbuka (UT), 7 Mei 2021, Dirjen Dikti Kemendikbud Ristek, Prof. Nizam menyatakan hal ini merupakan bentuk gotong royong dalam memperkuat program Kampus Merdeka.

"Kita ingin kampus-kampus yang punya resources yang bagus-bagus itu bisa memberikan akses kepada seluruh mahasiswa dari Sabang sampai Merauke," ungkap Prof. Nizam.

Perguruan tinggi di pelosok negeri, lanjut Prof. Nizam, belum semua memiliki sumber belajar lengkap dengan dosen-dosen yang juga masih dalam proses belajar.

"ICE Institute ini memberi akses kepada anak-anak kita untuk ke sumber belajar dan sumber pembelajar, dosennya, profesor unggul. Dengan demikian PTN dan PTS yang berada di pelosok negeri itu bisa meningkatkan mutunya dengan memanfaatkan ICE Institute ini," jelasnya.

"Jadi semangatnya seperti itu, berbagi, bergotong royong sehingga kita bisa mengangkat kualitas layanan pendidikan secara merata. Jadi semangatnya memang Merdeka Belajar bagi semua," tegas Prof. Nizam.

Baca juga: 4 Program Kampus Merdeka untuk Mahasiswa, Dapat SKS hingga Dukungan Dana

Memperkuat Kampus Merdeka

UT sebagai koordinator ICE Institute berharap kehadiran lembaga ini dapat semakin memperkuat pembelajaran berbasis daring sehingga mampu menghasilkan lulusan berkualitas dan mampu bersaing secara global.

"ICE Insititute dipandang sebagai instrumen online ecosystem learning dalam menyukseskan program Pemerintah terkait Kampus Merdeka Merdeka Belajar," ungkap Prof. Ojat Darojat, Rektor UT.

Melalui ICE Institute, jelas Prof. Ojat, masyarakat dapat mengakses layanan perguruan tinggi tanpa terkendala jarak, tempat dan waktu.

"Dengan ICE Institute ini memungkinan mahasiswa mengakses perguruan tinggi tanpa biaya tambahan dan bisa diakses dari mana saja sejauh ada jaringan, tidak perlu meninggalkan daerahnya, tetap berada di tengah keluarga menumbuhkan ekonomi," jelas Prof. Ojat.

Lebih jauh Prof. Ojat menyampaikan hal ini sejalan dengan semangat UT yang memiliki visi untuk memberikan akses pendidikan tinggi seluas-luasnya bagi masyarakat.

Untuk tahap pertama, 12 perguruan tinggi negeri dan swasta yang melakukan kerja sama dalam ICE Institute ini adalah:

  • Universitas Indonesia
  • Universitas Gadjah Mada
  • Institut Pertanian Bogor
  • Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
  • Universitas Padjajaran
  • Universitas Diponegoro
  • Universitas Negeri Jakarta
  • Universitas Sebelas Maret
  • Universitas Pradita
  • Universitas Bina Nusantara
  • Universitas Pelita Harapan
  • Unika Atma Jaya

Baca juga: Ditjen Dikti: Kampus Merdeka, Mahasiwa Upgrade Skill di Luar Perkuliahan

Gratis selama 3 tahun

Kepala ICE Institute, Prof. Paulina Pannen menjelaskan, untuk tahap awal ke-12 perguruan tinggi akan memberikan kontribusi masing-masing 10 modul konten pembelajaran, khususnya mata kuliah yang menjadi unggulan setiap kampus.

Prof. Paulina menjelaskan, mahasiswa yang ingin memilih mata kuliah melalui ICE Institute tinggal memilih perguruan tinggi dan mata kuliah yang diinginkan. Berikutnya, mahasiswa yang bersangkutan akan diasuh oleh dosen dari kampus tersebut hingga kelulusan mata kuliah tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com