Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/05/2021, 16:29 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Survei Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2018 masih menunjukan siswa Indonesia masih berada di urutan terendah di tingkat global, baik untuk literasi, numerasi dan sains.

Co-Founder dan Chief Education Officer, Sabda PS menekankan salah satu alasan rendahnya peringkat PISA Indonesia ialah penilaian di sekolah hanya berfokus pada topik spesifik dan siswa sekadar menghafal materi, bukan menekankan pada kemampuan dasar siswa dalam berpikir kritis (fundamental skills).

Sabda juga menegaskan, pemahaman konsep dasar menjadi tantangan utama belajar
dari dulu hingga sekarang.

Pendapat Sabda ini diperkuat hasil diskusi grup terpimpin (FGD) yang dirilis Zenius dengan melibatkan siswa, orang tua, dan guru terkait tantangan terbesar yang dihadapi selama belajar selama masa-masa sekolah.

Baca juga: Nadiem Sebut Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh di Seluruh Dunia Menurun

Soal klise: lemahnya pemahaman dasar

Kelompok siswa dan orang tua menyatakan mereka menghadapi tantangan belajar yang sama meski di era yang berbeda, yaitu sulitnya memahami konsep dasar dan terbatasnya dukungan dan fasilitas tenaga pengajar.

“Saya kadang masih kurang paham akan konsep dasar suatu materi sehingga ketika bertemu dengan soal-soal UTBK atau ujian lainnya, kita tidak tahu bagaimana cara menjawabnya,” kata Nirmala, seorang siswa kelas 12.

Orang tua siswa, Dewi Murtiningsih juga menyampaikan bahwa dia menghadapi tantangan yang sama ketika di sekolah dulu. Seringkali pemahaman dasar dia kesampingkan agar bisa fokus pada cara cepat untuk menyelesaikan ujian.

“Jika saya bisa kembali ke bangku sekolah, saya akan berusaha untuk mencicil belajar daripada menggunakan sistem kebut semalam. Sistem tersebut hanya untuk ujian tapi tidak membuat saya mengerti kenapa jawabannya harus demikian,” katanya.

Sabda secara tegas menyebut sistem pembelajaran yang memukul rata kemampuan siswa menjadi pokok soal lemahnya penguasaan pemahaman dasar siswa.

“Kita perlu mengubah konsep pembelajaran pukul rata ini," tegas Sabda.

Ia melihat masalah belajar yang sudah berkepanjangan ini dapat ditangani lewat cara belajar yang menekankan pada pemahaman dasar materi, tapi diterapkan secara adaptif sesuai dengan tingkat pemahaman siswa.

 

Menurutnya, pendidik pertama-tama perlu mengetahui dulu tingkat pemahaman siswanya saat ini ada di mana, lalu pelan-pelan secara sistematis menambah pemahaman itu hingga siswa tersebut bisa mengejar ketertinggalan. 

“Kita perlu akui dulu bahwa tingkat pemahaman siswa itu berbeda satu sama lain," ujar Sanda mengingatkan.

"Jika kita sebagai guru memaksakan tingkat pelajaran yang sama di waktu bersamaan pada semua siswa di kelas padahal sudah ada siswa yang tertinggal pemahamannya, tentu mereka yang tertinggal akan kesulitan menangkap materi apalagi menghadapi ujian,” jelasnya.

Peran teknologi dalam kustomisasi pembelajaran

Sabda juga melihat peran platform teknologi pendidikan sangat penting dalam melakukan perubahan ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com