Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang PTM Terbatas, Nur Rizal: SKB Empat Menteri Belum Sentuh Substansi Pembelajaran

Kompas.com - 23/04/2021, 15:56 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri telah menetapkan sekolah wajib memberikan layanan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas sebagai pilihan di masa pandemi.

Kebijakan ini didorong guna menjawab kekhawatiran terjadinya learning loss (hilangnya pembelajaran) selama satu tahun lebih siswa melaksanakan pembelajaran berbasis daring lewat PJJ (pembelajaran jarak jauh).

Muhammad Nur Rizal, penggagas dan pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan, memandang SKB Empat Menteri masih belum menjawab substansi pembelajaran.

Meski persiapan dan pengawasan protokol kesehatan merupakan hal penting, sisi kesiapan guru dari sisi pedagogi dan juga konten kurikulum juga manjadi hal substansi yang tidak boleh diabaikan.

Jika kedua hal ini diabaikan, Rizal khawatir, PTM tidak mampu menjadi solusi menjawab soal learning loss. Sebaliknya, jika guru dan konten kurikulum PTM terbatas tidak disiapkan secara optimal, hal ini dapat menimbulkan persoalan baru.

PTM bukan solusi utama

"Kita sepakat learning loss sebenarnya sudah lama terjadi bahkan sebelum pandemi terjadi. Pandemi hanya semakin menyadarkan kita bahwa learning loss tersebut ada," ungkap Nur Rizal dalam pertemuan dengan media yang digelar secara daring (23/4/2021).

Secara tegas Rizal mengatakan, "SKB Empat Menteri hanya menjawab soal kanal belajar, bukan substansi belajar."

Ia menjelaskan learning loss sudah lama terjadi akibat kebijakan politik yang salah dan paradigma pendidikan yang masih birokratis dan berfokus pada problematik konten.

"Harus dilakukan perubahan menyeluruh dari tingkat Presiden hingga ke pemerintah daerah. 

Baca juga: KPAI Sebut Guru-guru di Jakarta Kelelahan Mengajar Tatap Muka dan Daring

Di sisi lain, Rizal memberikan dukungan terhadap rencana Mendikbud untuk melakukan blended learning dalam pelaksanaan PTM terbatas nantinya.

"Blended learning sebuah keharusan. Bukan pilihan. Budaya (baik) yang setahun lebih dilaksanakan jangan sampai hilang lagi. Tidak bisa ditinggalkan," ujarya.

"Prokes (protokol kesehatan) dan vaksin penting. Namun yang tidak kalah penting mindset guru. Orientasi guru pada PTM harus bukan lagi pada nilai, tetapi lebih kepada wellbeing siswa. Bagaimana siswa mampu memiliki kecakapan hidup," ujarnya.

Ia berharap saat PTM terbatas nanti, guru tidak lagi melakukan pola pembelajaran yang bersifat alih pengetahuan (transfer knowledge) saja.

"Konten bisa diakses melalui beragam cara. Perlu perubahan kurikulum (dalam PTM). Konten harus disederhanakan. Ini bukan pekerjaan ringan. Harus bentul-betul ada revolusi orientasi kebijakanaan," ujar Rizal.

Rizal berharap, kurikulum dan konten dalam PTM terbatas nanti akan lebih banyak porsi yang mengarahkan siswa dalam melakukan refleksi. Dengan demikian, sumber-sumber belajar siswa dapat diangkat dari permasalahan dan keseharian siswa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com