Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/04/2021, 13:00 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kalau mengenal Nusa Tenggara, apa yang terlintas di pikiran? Pulaunya yang banyak? Mutiara? Atau sarung tenunnya yang khas?

Semuanya memang benar menggambarkan ciri khas Nusa Tenggara. Namun, ada satu hal yang bisa jadi tidak ditemui di wilayah lain, yaitu pesona orang-orang Suku Sasak yang bermukim di kawasan Lombok, Nusa Tenggara Barat

Jika mengunjungi kediaman Suku Sasak, pasti disuguhi pemandangan kaum perempuannya yang asyik menenun.

Aktivitas ini dilakukan hampir semua perempuan Suku Sasak. Namun ada fakta menarik mengenai perempuan Suku Sasak yang dikupas Akademisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ) Lucky Wijayanti.

Baca juga: Ponpes Kebon Jambu Al-Islamy, Cetak Ulama yang Memuliakan Perempuan

Saat berdiskusi secara virtual di acara Perempuan-Perempuan Tangguh yang diadakan Fakultas Seni Rupa (FSR) IKJ, Rabu (21/4/2021) Lucky mengatakan perempuan Suku Sasak itu multitalenta.

"Ia menyangga keluarga, termasuk menjadi penjaga tradisi, dan pelaku seni. Kombinasi yang luar biasa, " kata Lucky. Ia kemudian membeberkan fakta-fakta kaum perempuan di Suku Sasak yang terekam olehnya sebagai berikut:

Dianggap sebagai Ibu Pertiwi

Perempuan Suku Sasak dianggap sebagai Bumi Nina atau ibu pertiwi bagi masyarakat Nusa Tenggara.

Ada istilah lain, yakni Gumi Nina yang memiliki arti mirip dengan Ibu Pertiwi. Semua perempuan kaum Suku Sasak sangat dijaga nama baiknya sehingga reputasi dan pencitraan terhadap perempuan tetap dipertahankan.

Masyarakat Sasak menganggap bahwa perempuan sangat dihormati kemudian harus memiliki perilaku sopan santun dan selalu berbuat baik sehingga menjadi panutan bagi keluarga dan masyarakat. 

Baca juga: Pakar UGM: Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Mulai Krisis Air

Mengukur rumah dari telapak kaki perempuan

"Karena kedudukannya yang sangat vital, maka dikenal lah Inen Bale ini hukum warisan Suku Sasak di mana bagian inti rumah itu miliknya perempuan, " Kata dia.

Bahkan arsitektur rumah Suku Sasak diukur menggunakan telapak kaki perempuan sebagai patokan perhitungan ukuran bagian-bagian rumah.

Inen bale sendiri biasanya merupakan ruang induk yang meliputi bale luar (kamar tidur) dan bale dalem yang difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan harta benda.

Empat pekerjaan perempuan Sasak yang sering dijumpai

Selain menenun, perempuan Sasak mahir dalam mencari rezeki. Ada yang menggunakan keahliannya dalam membuat gerabah, menganyam dan menari.

"Hasil gerabah, anyaman mereka juga nilai jualnya tinggi. Rata-rata berhubungan dengan kesenian. Misalnya, ada yang terjun sebagai penari juga," Kata dia.

Penjaga tradisi dan penyangga ekonomi

Lebih jauh, Lucky menjelaskan perempuan Suku Sasak sudah dikenal sebagai penjaga tradisi karena mereka lah yang memegang kunci kesenian dan budaya yang sudah ada.

Misalnya, di Desa Banyumelek posisi perempuan selalu menjadi penyangga ekonomi keluarganya.

Lalu, di Desa Taman Ayu Gunung Malangdari dan Nyurbaye perempuan yang bekerja sebagai penenun selalu berhak atas apa yang ia kerjakan. "Dan dari sinilah sebutan menjaga tradisi bermula. Menjaga tenun hingga ke anak cucu, " tambahnya.

Hal ini dibuktikan dari temuannya jika anak perempuan sejak kecil selalu diajari menenun agar saat dewasa sudah mahir menenun. "Sehingga saat dilanjutkan menikah, memiliki anak, bisa mengalihkan fokusnya perlahan-lahan sebagai perempuan tuan yang menuju suci," jelasnya. 

Baca juga: Intip Kehidupan Geisha Lewat Menu Andalan Koki Jepang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com