Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakek Ini Jadi Wisudawan Tertua ITS Tapi IPK-nya 4,00

Kompas.com - 18/04/2021, 16:42 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Ada yang menarik pada wisuda ke-123 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Bagaimana tidak, ada salah satu peserta yang sudah berusia 58 tahun.

Tak hanya jadi wisudawan tertua, Ir. Wahju Herijanto, MT., juga berhasil meraih IPK sempurna yakni IPK 4,00 dengan menuntaskan program studi doktoral (S3) di Departemen Teknik Sipil ITS.

Ternyata, motivasi Wahju ingin meraih gelar doktor tersebut karena dia berprofesi sebagai dosen. Tepat pada 2013, ketika usianya telah mencapai 50 tahun, Wahju merasa, pendidikan yang lebih tinggi akan sangat berguna untuk meningkatkan kemampuan akademiknya.

Baca juga: Tips Ikut UTBK 2021 Saat Puasa Ramadhan

"Tidak ada ilmu yang tidak bermanfaat, dan saya mulai menikmati prosesnya," ujarnya seperti dikutip dari laman ITS, Sabtu (17/4/2021).

Meski berat di awal, lambat laun Wahju mulai merasa bahwa menuntut ilmu bukan hanya sekadar tuntutan saja, tetapi ia yakin bahwa di setiap ilmu, selalu terdapat manfaat.

Kunci keberhasilan Wahju

Lantas, apa kunci dari keberhasilan Wahju? Menurutnya, setiap ada tugas dan ujian yang ditanggungnya, Wahju selalu menyelesaikannya dengan sungguh-sungguh.

Selain itu, publikasi jurnal terindeks scopus Q2 yang berhasil ditelurkannya juga menjadi salah satu faktor pendukung sempurnanya IPK yang diraihnya.

Kendati demikian, Wahju bisa meraih IPK 4 itu juga butuh perjuangan ekstra. Sebab, dia harus bisa membagi waktu antara kewajibannya sebagai mahasiswa dengan tugasnya dalam pekerjaan.

Tidak jarang ia merasa kewalahan dan lelah dalam mengerjakan keduanya. "Saat merasa lelah, saya biasanya tidur untuk istirahat sejenak," kata pria yang juga berprofesi sebagai dosen di Departemen Teknik Sipil ITS.

Hal ini karena Wahju dalam mengerjakan disertasi harus dibimbing oleh dua dosen di perguruan tinggi yang berbeda, yakni di ITS dan Universitas Brawijaya (UB).

Lokasi yang saling berjauhan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Wahju. Untuk melakukan bimbingan, jarak dan waktu menjadi rintangan yang harus dikalahkannya.

"Menemukan waktu yang tepat untuk melakukan bimbingan adalah kesulitan tersendiri bagi saya," ucap ayah dua anak ini.

Namun, karena dukungan dari orang-orang terkasih selalu memicu semangatnya untuk terus berjuang. Istri, anak, hingga cucu menjadi alasan Wahju untuk pantang menyerah.

"Selain itu, rekan-rekan juga selalu memberi semangat agar saya segera menyelesaikan pendidikan ini," tegasnya penuh haru.

Baca juga: Tips Mudah Ingat Soal UTBK dengan Konsep Belajar Ini

Pesan Wahju

Kakek dari satu orang cucu ini berpesan kepada para mahasiswa seusianya maupun yang lebih muda untuk:

  • tetap semangat
  • tidak mudah putus asa
  • tidak mengulur pekerjaan

Hal ini bertujuan agar para mahasiswa tersebut dapat lulus tepat waktu dan memperoleh gelar cumlaude.

Tak kalah penting disamping kewajiban akademik, kesehatan juga menjadi faktor yang jauh lebih penting. Jika keduanya tidak dapat berjalan beriringan, kesehatanlah yang harus diutamakan.

Hal ini seperti pengalaman yang dikisahkan Wahju yang harus terlambat lulus program sarjana (S1) dikarenakan sakit dan harus mengambil cuti.

Baca juga: Webinar UNS: Tips Bangun Personal Branding bagi Pencari Kerja

"Sibuk boleh, tapi jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan," pesan dari kakek ber IPK 4 tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com