Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2021, 10:27 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Dosen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, Novi Kurnia mengimbau, para pengguna media sosial (medsos) untuk melawan ujaran kebencian.

Dia mengajak pengguna untuk kemudian merefleksikan diri terlebih dahulu sebelum berekspresi di dunia maya tersebut.

Baca juga: Profesor Unair: Daun Kelor Sebagai Obat Anti Kanker

Menurut dia, kemunculan ujaran kebencian di medsos dapat disebabkan beberapa hal.

Pertama, karena medsos memang memungkinkan orang untuk mengutarakan ekspresinya secara bebas.

Kedua, medsos itu juga menciptakan ruang-ruang gema.

"Di mana pengguna menganggap apa yang dilakukan di medsos, seperti memposting postingan yang mengandung ujaran kebencian sebagai hal yang biasa-biasa saja dilakukan," ucap dia melansir laman UGM, Kamis (15/4/2021).

Ketiga, ujaran kebencian juga mungkin sering kali muncul, karena faktor ketidaksengajaan.

Orang sering kali, bilang dia, mungkin secara tidak sadar mengungkapkan ketidaksukaannya secara eksplisit atau terus terang.

Dan melupakan bahwa menggunakan medsos juga ada etiketnya.

Baca juga: Kemendikbud: Pancasila dan Bahasa Indonesia Masih Mata Kuliah Wajib

"Sebagai warganet kita juga harus mematuhi atau dalam konteks mengharagai etiket, membayangkan orang lain juga menjadi diri kita, kalau kita diberi ujaran kebencian apa kita mau?" tegas dia.

Timbulkan intoleransi

Dia mengaku, ujaran kebencian di medsos bisa dapat menimbulkan intoleransi.

Pasalnya, ujaran kebencian pada keluarga menyasar perbedaan, baik itu perbedaan agama, memasak politik, preferensi fisik, dan lain sebagainya.

Lebih jauh, ujaran kebencian itu akan dipisahkan dari masyarakat, dari kelompok sosial tertentu, dan seterusnya.

"Bahkan, tidak jarang polarisasi tersebut kemudian sampai di dunia nyata, seperti sweeping atau kekerasan kepada etnis tertentu," ucapnya.

Oleh karena itu, Novi mengajak melawan ujaran kebencian mulai dari diri sendiri, dimulai dengan menghargai perbedaan.

Dia menyebut, karakter bangsa Indonesia yang diperbincangkan selama ini justru malah karakter yang ramah, mempunyai empati yang tinggi, suka bergotong-royong dan seterusnya.

Bangsa Indonesia sudah sejak lama hidup dengan berbagai perbedaan, mulai dari suku, agama, bahasa, dan lain sebagainya.

Baca juga: Usia 15 Tahun, Zahra Jadi Mahasiswa Termuda di Untirta

"Kalau kita bisa menghargai perbedaan, kita tidak akan dengan mudah menilai ujaran kebencian dan medsos kita jadikan tempat yang asik untuk menyampaikan pesan baik," tukasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com