Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2021, 09:40 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Di tengah kasak-kisuk isu penggantian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim, Putra Nababan, anggota Komisi X DPR RI menyampaikan telah banyak torehan prestasi dan terobosan dilakukan "Mas Menteri".

"Mas Menteri ini memang punya latar belakang yang sangat berbeda dari menteri-menteri pendahulu yang selalu dari latar belakang akademisi," ungkap Putra melalui rilis resmi (14/4/2020).

Mantan pemimpin redaksi televisi berita ini mengatakan, "kali ini Pak Jokowi mempercayakan dunia pendidikan kita kepada anak muda yang sudah sukses membuka lapangan kerja dan menciptakan terobosan sosial ekonomi di bidang digital."

"Ini sebuah terobosan karena menciptakan pertemuan antara supply yakni pendidikan dengan demand yakni dunia profesional,’’ tambahnya.

Lebih jauh Putra menilai adanya desakan penggantian Mendikbud Nadiem Makariem merupakan hal wajar dalam iklim demokrasi. Tapi, tambah Putra, kewenangan mengganti dan mengangkat menteri menjadi hak prerogatif Presiden Jokowi yang akan menilai sesuai kinerja dan capain.

Baca juga: Mendikbud Bidik 20 Ribu Peserta Ikuti Pertukaran Mahasiswa

Terobosan pendidikan

Putra menduga, pilihan "nekat" Presiden Jokowi memilih Nadiem tentunya dengan harapan pembantunya bisa menelurkan program-program pendidikan yang out of the box alias keluar dari kerumunan sehingga ada percepatan dalam penyerapan lapangan kerja, bahkan penciptaan lapangan kerja baru.

‘’Jika ini yang ada di benak Pak Jokowi bulan Oktober 2019 lalu ketika melantik Mas Nadiem, maka keinginan Bapak Presiden bisa jadi tercapai, karena saat ini terobosan demi terobosan sedang di jalankan Kemendikbud di tengah pandemi Covid-19," ujarnya.

"Bisa dibayangkan jika tidak ada pandemi, maka program-program inovasi di bidang pendidikan akan lebih terasa hasilnya,’’ tambah anggota DPR Fraksi PDI Perjuangan ini.

Sejumlah gebrakan awal Menteri Nadiem adalah Merdeka Belajar yang langsung menghapus Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), mengganti Ujian Nasional (UN), melakukan penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan mengatur kembali Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

"Menghapus UN menjadi kebijakan pertama Mas Menteri dan menggantinya dengan asesmen nasional. Dengan sistem asesment maka sekolah bisa melakukan evaluasi terhadap siswanya termasuk evaluasi sistem pembelajaran yang berlaku di sekolah tersebut. Ini tentunya menghapus diskriminasi yang tercipta akibat UN selama ini," ujar Putra Nababan

Penyederhanakan RPP bagi para guru di tingkat pendidikan dasar menurut Putra telah melepas para guru dari belenggu administrasi pembelajaran. ‘’Guru itu tugasnya mengajar bukan mengurus administrasi. Dengan penyederhanaan RPP guru kini bisa lebih inovatif dan kreatif dalam mengajar," ujarnya.

Yang fenomenal, menurut Putra, adalah program Kampus Merdeka. Kemendikbud melakukan penyesuaian di lingkup pendidikan tinggi, di antaranya pembukaan program studi baru, sistem akreditasi perguruan tinggi, Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum, dan hak belajar tiga semester di luar program studi.

"25 tahun saya berkecimpung di dunia profesional, menurut saya program semacam ini yang diperlukan oleh para mahasiswa untuk mempersiapkan diri di dunia pekerjaan dan wirausaha," kata anggota dewan dari dapil Jakarta Timur ini.

"Mereka tidak hanya memiliki multi skill, tapi program Kampus Merdeka akan sukses mengembangkan minat dan bakat mahasiswa," tambahnya.

 

Salah satu tonggak penting dalam Kampus Merdeka adalah mahasiswa bisa mengikuti pertukaran pelajar dengan mengambil kelas di perguruan tinggi lain termasuk melakukan program kewirausahaan secara mandiri.

Baca juga: Mendikbud Nadiem: Guru Penggerak Harus Jadi Influencer

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com