Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor Unesa: Masalah Radikalisme Cukup Serius dan Kompleks

Kompas.com - 08/04/2021, 12:57 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Nurhasan menyatakan, persoalan radikalisme merupakan persoalan serius dan sangat kompleks.

Karena itulah, harus menjadi perhatian bersama untuk menghadirkan solusi yang tepat dan strategi yang andal untuk menangkalnya.

Baca juga: Rektor: Lulusan IPB Punya Tiga Ciri yang Melekat

Dia memaparkan, paham radikal tentu berkaitan dengan banyak faktor. Faktor kesenjangan, pendidikan, dan juga faktor-faktor lainnya.

Menurut dia, hal itu berkaitan juga dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 270,6 juta jiwa.

Kemudian jumlah perangkat handphone di Indonesia melebihi jumlah manusianya yakni sekitar 338,2 unit.

"Dan tingkat pendidikan di Indonesia yang belum sepenuhnya merata," sebut dia melansir laman Unesa, Kamis (8/4/2021).

Artinya, bilang dia, satu sisi data itu menjadi potensi yang baik bagi bangsa Indonesia, tetapi juga akan berdampak buruk jika tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.

"Apa jadinya penduduk kita yang banyak ini saling menyebar informasi berita bohong dan kebencian? Ini yang perlu kita diskusikan," tegas dia.

Isu ketidakadilan bisa jadi trigger

Dia memaparkan, data tahun 2020 dari beberapa lembaga survei menyatakan bahwa nilai yang paling tinggi dalam pandangan anak muda Indonesia didominasi ketidakadilan dan nilai gotong royong.

Dia menyatakan, anak-anak muda menilai Indonesia masih jauh dari keadilan dan kemakmuran.

Baca juga: Rektor UIN Jakarta Prihatin Perempuan Terlibat Aksi Terorisme

Artinya ketika isu ketidakadilan digulirkan, maka anak muda akan cepat bergejolak.

"Anak muda berdasarkan beberapa survei juga cenderung berpikir pendek. Jika isu ketidakadilan dan agama diangkat, maka ini bisa berbahaya," jelas dia.

Bahkan data PPIM UIN Jakarta pada 2018 menyebut sebanyak 58,5 persen mahasiswa berpikiran radikal dan 45 berpikiran radikal intoleran.

Hasil survei IDN Research Institut kepada 1.400 generasi milenial menghasilkan 19,5 persen anak muda memiliki pandangan, bahwa negara khilafah adalah negara ideal bagi Indonesia.

Wahid Foundation juga menyurvei siswa unggulan yang rangking 1-10, hasilnya 60 persen siswa siap berperang jika ada panggilan untuk membela umat Islam yang tertindas.

"Data itu menjadi peringatan agar kita tidak lengah," ucapnya.

Tangkal radikalisme butuh komitmen

Untuk menangkal paham intoleransi dan radikalisme di kampus, perlu komitmen mahasiswa dan sivitas akademika dalam menumbuhkan sikap dan kesadaran nasionalisme, cinta tanah air, toleransi, dan penanaman nilai pancasila sesuai konteks kekinian.

Baca juga: Unesa Siap Berubah Jadi PTN-BH

"Penanaman nilai pancasila tentu tidak melulu soal doktrinasi, tetapi juga lewat cara-cara diaologis," tukas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com