KOMPAS.com - Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Nurhasan menyatakan, persoalan radikalisme merupakan persoalan serius dan sangat kompleks.
Karena itulah, harus menjadi perhatian bersama untuk menghadirkan solusi yang tepat dan strategi yang andal untuk menangkalnya.
Baca juga: Rektor: Lulusan IPB Punya Tiga Ciri yang Melekat
Dia memaparkan, paham radikal tentu berkaitan dengan banyak faktor. Faktor kesenjangan, pendidikan, dan juga faktor-faktor lainnya.
Menurut dia, hal itu berkaitan juga dengan jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 270,6 juta jiwa.
Kemudian jumlah perangkat handphone di Indonesia melebihi jumlah manusianya yakni sekitar 338,2 unit.
"Dan tingkat pendidikan di Indonesia yang belum sepenuhnya merata," sebut dia melansir laman Unesa, Kamis (8/4/2021).
Artinya, bilang dia, satu sisi data itu menjadi potensi yang baik bagi bangsa Indonesia, tetapi juga akan berdampak buruk jika tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.
"Apa jadinya penduduk kita yang banyak ini saling menyebar informasi berita bohong dan kebencian? Ini yang perlu kita diskusikan," tegas dia.
Dia memaparkan, data tahun 2020 dari beberapa lembaga survei menyatakan bahwa nilai yang paling tinggi dalam pandangan anak muda Indonesia didominasi ketidakadilan dan nilai gotong royong.
Dia menyatakan, anak-anak muda menilai Indonesia masih jauh dari keadilan dan kemakmuran.
Baca juga: Rektor UIN Jakarta Prihatin Perempuan Terlibat Aksi Terorisme
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.