KOMPAS.com - Epilepsi bagi sebagian kalangan masyarakat masih dianggap sebagai penyakit gangguan jiwa dan bisa menular.
Padahal, kenyataan sebenarnya justru sebaliknya, epilepsi adalah penyakit gangguan saraf otak dan tidak menular.
Baca juga: Pakar UGM: Vaksinasi Putus Penyebaran Covid-19 di Kalangan Komunitas
Hingga saat ini diperkirakan ada sekitar 50 juta orang penderita epilepsi di dunia, bahkan di Indonesia sendiri ada 1,5 juta sampai 2,4 juta orang pada 2013 lalu.
Meski begitu 20 persen kasus epilepsi tidak direspons dengan pengobatan.
Dokter Spesialis Saraf Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Fajar Maskuri mengatakan, masih ada mitos di masyarakat yang beranggapan bahwa epilepsi bisa menular.
Alhasil, ketika menemukan penderita epilepsi yang tengah kejang tidak ditolong, karena khawatir tertular.
Sebenarnya epilepsi adalah gangguan saraf otak, sehingga harus dirawat oleh dokter saraf.
"Meski bersentuhan kulit atau terkena air liur si penderita saat kita menolong itu tidak akan tertular. Minimal mengamankan pasien terkena cedera saat kejang," kata dia melansir laman UGM, Rabu (7/4/2021).
Fajar mengatakan epilepsi bukan gangguan jiwa, meski ada gangguan kognitif dan kecerdasan di bawah rata-rata.
Baca juga: Pakar UGM Sebut Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Telah Defisit Air
Meski sulit diajak berkomunikasi dengan baik, bilang dia, akan tetapi penderita epilepsi sebenarnya bisa sembuh bila mendapat penanganan yang tepat.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan