Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Avifavir, Pakar UGM: Obat Covid-19 Buatan Rusia

Kompas.com - 29/03/2021, 12:34 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI telah menerbitkan surat izin penggunaan darurat (EUA) terhadap produk obat Avifavir untuk Covid-19.

Lalu, sebenarnya seperti apa obat yang diproduksi oleh negara Rusia ini?

Baca juga: Pakar UGM: Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Mulai Krisis Air

Pakar Farmakologi dan Farmasi Klinik UGM, Zullis Ikawati menyampaikan, avifavir merupakan obat Covid-19 buatan Rusia yang berbasis favipiravir.

Avifavir sendiri merupakan obat anti virus untuk mencegah influenza atau anti influenza yang telah dikembangkan Jepang sejak tahun 2004 silam.

Selama pandemi Covid-19, obat tersebut telah dipakai dalam panduan terapi Covid-19 di Indonesia.

Obat itu juga merupakan drug repurposing, yaitu menggunakan obat yang sudah beredar untuk indikasi baru yaitu terapi Covid-19.

Obat ini bekerja dengan menghambat produksi RNA virus yang pada gilirannya menghambat replikasi virus.

"Jadi, Avifavir ini bukanlah obat baru. Sebelumnya sudah ada favipiravir yang dikembangkan Jepang sebagai obat anti influenza, tetapi masa patennya sudah habis," ungkap dia melansir laman UGM, Senin (29/3/2021).

Setelah itu, banyak industri farmasi di beberapa negara dunia seperti India, China, dan Rusia memproduksinya dengan brand name yang berbeda dan digunakan untuk Covid-19.

Baca juga: UGM Mulai Kuliah Tatap Muka di Agustus

"Lalu mendapatkan emergency use authorization (EUA) di beberapa negara," jelas dia.

Dia menjelaskan penggunaan Avifavir hanya diperuntukkan pada pasien Covid-19 dengan gejala sedang sampai berat sesuai panduan terapi.

Obat avifavir tidak dijual bebas

Selain itu, pemberian avifavir juga harus berdasarkan dengan resep dokter.

Dia mengaku, Avifavir tidak bisa diperoleh secara bebas di pasaran.

Oleh sebab itu, dia mengimbau masyarakat untuk tidak coba-coba mencari obat ini.

Karena, lanjut dia, ketersediaannya terbatas dan hanya didistribusikan di sejumlah rumah sakit rujukan Covid-19.

"Untuk masyarakat tidak usah coba-coba membeli karena ini tidak dijual bebas dan hanya dipakai bagi pasien Covid-19 sedang dan berat," terang Guru Besar Fakultas Farmasi UGM.

Baca juga: Psikolog UGM: Hati-hati Jadi Korban Ghosting Saat Pacaran

Dia menambahkan, jika masyarakat terinfeksi Covid-19, ikuti saja saran dokter dalam menjalani pengobatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com