Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar UGM: Pasien TBC Harus Taat Minum Obat agar Tak Terjadi Hal Ini

Kompas.com - 28/03/2021, 19:19 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit TBC atau Tuberkulosis adalah penyakit paru-paru akibat kuman Mycobacterium.

TBC merupakan salah satu dari 10 penyakit penyebab kematian terbesar dunia. Bahkan, menjadi penyebab kematian nomor satu di antara penyakit infeksi tunggal.

Di Indonesia, masyarakat yang menderita TBC juga cukup banyak. Namun sejak ada pandemi, temuan TBC menurun cukup banyak.

Project Leader Zero TBC Yogyakarta sekaligus Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKM) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dr. Rina Triasih mengatakan, data Kemenkes 2020 mencatat hanya ada 271.750 kasus TBC yang ternotifikasi atau ditemukan.

Temuan kasus TBC turun

Angka ini menurun tajam jika dibandingkan temuan pada tahun 2019 sejumlah 568.987 kasus. Sementara itu, perkiraan jumlah kasus di Indonesia pada 2020 sekitar 840.000.

Baca juga: 23 Berita Hoax Seputar Covid-19 dan Penjelasan Pakar Pulmonologi UGM

"Hampir seluruh sumber daya yang ada di sektor kesehatan maupun sektor lainnya dioptimalkan untuk menangani Covid-19. Kondisi tersebut berdampak pada penemuan kasus dan penanganan TBC jadi menurun signifikan," terang Rina seperti dikutip dari laman ugm.ac.id, Minggu (28/3/2021)

Pasien TBC harus taat minum obat

Rina mengungkapkan, saat ini TBC dapat disembuhkan melalui pengobatan selama 6 bulan. Obatnya sudah ditemukan dan disediakan gratis oleh pemerintah.

Hanya saja memang pengobatannya lama sehingga menuntut ketaatan pasien dalam meminum obat.

Baca juga: Tingkatkan Literasi Hukum di Masyarakat, Dosen UMM Ciptakan Aplikasi Ini

Menurut Rina, apabila pasien tidak taat dalam menjalani pengobatan, hal ini bisa memperberat penyakit yang dapat menyebabkan kematian atau dapat menyebabkan kuman TBC resisten (kebal) terhadap obat.

Kondisi TBC kebal obat ini memerlukan pengobatan yang lebih kompleks dan dalam jangka waktu panjang, serta efek samping yang lebih besar.

"Kalau sudah terjadi resistensi maka risiko kematiannya tinggi. Oleh sebab itu, pasien harus benar-benar taat minum obat TBC sampai tuntas agar tidak terjadi resistensi," beber Rina.

Baca juga: Traktor Nusantara Buka 3 Lowongan Kerja bagi D3-S1

Upaya eliminasi TBC tahun 2030

Rina mengungkapkan, dengan masih banyaknya pasien TBC yang belum didiagnosis dan diobati. Hal ini menunjukkan masih banyak sumber penularan TBC di masyarakat.

Apabila tidak tertangani dengan baik dan benar tidak hanya akan menambah jumlah kasus TBC baru, tetapi juga bisa meningkatan angka kematian.

Rina menambahkan, perlu upaya tambahan yang inovatif dan komprehensif agar Indonesia dapat mencapai target eliminasi pada 2030. Yakni dengan pendekatan komprehensif 'temukan, obati dan cegah' diperlukan untuk mencapai target tersebut. 

Pendekatan ini yang digunakan oleh program Zero TB Yogyakarta untuk berkontribusi dalam eliminasi TBC. "Upaya menurunkan kasus TBC tidak hanya dengan menemukan kasus dan melakukan pengobatan saja, tetapi juga dengan memberikan terapi pencegahan," tandas Rina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com