Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Tahun Pandemi, Sekolah Bukan Satu-satunya Tempat Belajar

Kompas.com - 04/03/2021, 10:24 WIB
Ayunda Pininta Kasih

Penulis

Bicara soal pembelajaran ideal selama pandemi, Prof Dinn menyarankan guru dan orangtua untuk fokus pada pengembangan kompetensi anak sesuai jenjang pendidikan, tak melulu pada nilai.

"Ada kecenderungan siswa-siswa sakit karena imun rendah, tugas-tugasnya buat repot mereka, jadi terlalu dituntut banyak sehingga bisa menurunkan imun," paparnya.

Untuk itu, saran dia, guru diharapkan lebih bijak untuk memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Semua bisa dilakukan bila guru memahami bahwa setiap siswa unik.

"Justru, bila guru memaksa mencapai target kurikulum namun data fisik menunjukkan psikologis dan kesehatan siswa menurun dan malah berpotensi klaster (Covid-19) baru, kita yang rugi," imbuh dia.

Fokus pada pengembangan kompetensi siswa bisa menjadi salah satu upaya yang dilakukan guru dan orangtua untuk mencegah defisit kompetensi siswa selama PJJ.

Prof Dinn menyebut, untuk anak-anak usia dini atau sekolah dasar misalnya, salah satu kompetensi yang perlu ditekankan ialah keterampilan komunikasi. Bagaimana anak menjalin komunikasi yang baik dengan guru, orangtua dan teman-temannya. Dari komunikasi yang baik, maka anak akan lebih bisa berkolaborasi dengan lingkungan sekitar untuk bisa lebih banyak belajar.

Baca juga: Indofood Buka Lowongan Kerja 2021 untuk Lulusan SMA, D3-S1

Selain itu, orangtua juga perlu memberikan dukungan bagi anak agar pembelajaran lebih menyenangkan dan menyehatkan. Seperti memastikan anak tetap aktif bergerak, mendorong anak membaca lebih banyak buku yang menghibur, dan berdiskusi dengan anak tentang apa yang anak rasakan maupun kesulitan belajar yang dihadapi.

Meski begitu, untuk daerah 3T atau daerah terpencil, Prof. Dinn mengatakan PJJ sangat sulit dilakukan. Bahkan, home schooling lokal (orangtua mengajar anak) pun ditemukan sulit dilakukan. Sehingga, pemerintah diharapkan segara melakukan terobosan.

Terobosan tersebut, jelas dia, salah satunya dengan memastikan kecukupan guru kunjung atau tutor kunjung untuk mengajar siswa di daerah 3T.

"Pemerintah diharapkan menyediakan guru honor atau relawan-relawan yang direkrut yang dibekali kebutuhan pokoknya dan diberangkatkan selama setahun atau enam bulan, saya pikir itu salah satu solusi untuk daerah yang terisolasi," paparnya.

Pemerintah daerah juga diharapkan menyiapkan buku ajar, termasuk buku ajar yang menggunakan bahasa ibu untuk siswa kelas awal, sebagai wujud kearifan lokal.

Belajar tak harus di sekolah

Ketua Kampus Guru Cikal sekaligus praktisi pendidikan Bukik Setiawan mengatakan, banyak orang sering kali menyamakan bersekolah dengan belajar.

Padahal, sejumlah riset justru menunjukkan sebelum pandemi, ada banyak murid bersekolah tapi sedikit yang belajar. Artinya, anak ke sekolah belum tentu belajar.

Baca juga: Soal Wacana Tiga Hari Sekolah, Bukik Setiawan: Hari Sekolah Bukan Esensi

Sebaliknya selama masa pandemi, tidak bersekolah bukan berarti tidak belajar. Jadi, tidak ke sekolah selama pandemi, belum tentu menjadi penyebab“learning loss” atau defisit kompetensi.

“Apa kondisi yang akan menghasilkan learning loss atau defisit kompetensi? Ketika anak tidak belajar selama di masa pandemi,” paparnya kepada Kompas.com, Jumat (20/2/2021).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com