Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yogyakarta Diguyur Hujan Es, Begini Kata Dosen Geografi Lingkungan UGM

Kompas.com - 04/03/2021, 06:53 WIB
Mahar Prastiwi,
Ayunda Pininta Kasih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dua hari berturut-turut hujan es terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Selasa (2/3/2021) lalu, hujan es terjadi di Turi Kabupaten Sleman dan hari ini, Rabu (3/2/2021) hujan es kembali terjadi di Kota Yogyakarta.

Terkait fenomena hujan es, Dosen Geografi Lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dr Emilya Nurjani mengatakan, hal ini merupakan kejadian yang normal saat kelembapan udara di suatu daerah cukup tinggi.

Menurut Dr. Emilya, hujan kristal es atau hail merupakan jenis atau bentuk rainfall.

Adapun rainfall merupakan salah satu bentuk presipitasi atau endapan hasil proses kondensasi yang terbentuk di lapisan troposfer yang jatuh ke permukaan bumi. Bentuk lainnya adalah salju (snow), frezzing rain dan sleet.

Baca juga: Djarum Buka Beasiswa Mahasiswa D4-S1, Tunjangan Rp 1 Juta Per Bulan

Hujan es terbentuk di awan cumulonimbus

Dr. Emilya mengungkapkan, hail terbentuk di awan cumulonimbus yang tumbuh secara vertikal mencapai ketinggian 10 hingga 12 km dari permukaan.

Awan cumulonimbus atau biasa disingkat Cb ini, lanjut Emilya, tumbuh melebihi ketinggian titik beku air. Sehingga bagian bawahnya mengandung hujan (cair) dan bagian atasnya karena melebihi titik beku menjadi es.

"Bagian atas awan Cb sering disebut sebagai awan dingin sedangkan bagian bawahnya disebut sebagai awan panas," kata Dr. Emilya kepada Kompas.com, Rabu (3/3/2021).

Dr. Emilya menekankan, fenomena ini normal terjadi dan bisa terjadi di zona atau tipe iklim manapun. Tetapi jika terjadi daerah tropis biasanya ukuran kristalnya lebih kecil dibandingkan jika jatuh di musim dingin di negara-negara empat musim.

Baca juga: Indofood Buka Lowongan Kerja 2021 untuk Lulusan SMA, D3-S1

"Karena kristal es yang jatuh dari bagian atas awan Cb mengalami pencairan saat sampai di troposfer bagian bawah karena suhu udara yang lebih tinggi atau panas," imbuh Dr. Emilya.

Dr. Emilya memberikan catatan dari peristiwa hujan es yang terjadi di Yogyakarta kali ini. Terkait suhu udara troposfer bagian atas mengalami penurunan atau masa udara troposfer bagian atas lebih sering tidak stabil akibat pemanasan global.

"Ini yang harus diteliti, karena pencatatan iklim kita selama ini baru di permukaan belum intensif secara vertikal. Karena alat ukur dan biaya yang cukup tinggi," ungkap Dr. Emilya.

Sedangkan pemicu hujan es karena pertumbuhan awan Cb yang sangat intensif juga didukung oleh massa udara yang tidak stabil.

Biasanya terjadi di sore hari

Dari beberapa kejadian hujan es di Indonesia, memang sering terjadi di siang menjelang sore hari. Saat kondisi cuaca beberapa hari sebelumnya cukup panas tanpa hujan tetapi kelembapan cukup tinggi sehingga pertumbuhan awan Cb cukup intensif.

Baca juga: Guru Besar IPB Temukan Formula Minuman Penurun Gula Darah

Kejadian hail yang berturut-turut di wilayah yang berdekatan memang tidak banyak tercatat. Namun fenomena hujan es dua hari berturut-turut di DIY mungkin saja terjadi. Emilya menambahkan, selama kondisi troposfer mendukung, maka hujan es bisa kapan saja terjadi.

Fenomena yang dihasilkan oleh peristiwa cuaca mempunyai pengaruh yang tidak sama secara jarak horisontol.

"Misal awan stratus, terbentuk pada ketinggian 450 mdpal hingga 1500an mdpal. Tipis dan kandungannya murni air. Sehingga kalau hujan luasan wilayah yang terdampak sekitar 2 km dan intensitasnya ringan hingga sedang serta durasi singkat. Sering juga disebut hujan lokal," beber Dr. Emilya.

Baca juga: Dosen UGM Kembangkan Spons Laut dan Minyak Atsiri sebagai Antiinfeksi

Penyebab hujan es

Beberapa penyebab hujan es menurut Dr. Emilya antara lain:

  • Kelembaban udara yang tinggi
  • Massa udara yang tidak stabil mendorong pertumbuhan awan cumulus menjadi cumulonimbus yang melebihi ketinggian titik beku (frezzing point).
  • Permukaan bumi didukung suhu udara yang tidak terlalu tinggi sehingga butir kristal es nya bertahan seperti bola es, tidak seluruhnya mencair di permukaan.

Nah itu dia penjelasan Dosen Geografi Lingkungan terkait fenomena hujan es. Tetap hati-hati dan waspada saat berkegiatan di luar rumah ya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com