Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UGM: Lakukan Urban Farming sebagai Upaya Ketahanan Pangan

Kompas.com - 16/02/2021, 13:41 WIB
Mahar Prastiwi,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Salah satu kegiatan yang mendadak digemari sebagian orang saat pandemi ini adalah berkebun. Bagi masyarakat yang tidak mempunyai banyak lahan di rumahnya, berkebun tetap bisa dilakukan.

Selain menanam tanaman hias, ada juga masyarakat yang memilih menanam sayuran dan buah di pekarangan mereka.

Tak hanya bisa sebagai ajang relaksasi, dengan berkebun khususnya sayur dan buah juga bisa menjadi upaya dalam hal ketahanan pangan.

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, melakukan aktivitas pertanian di daerah perkotaan sering disebut urban farming.

Baca juga: Ikut KKN, Mahasiswa UMY Lakukan Hal Ini pada Kelompok Tani Cokelat

Berkebun di lahan sempit

Dosen Program Pendidikan Manajemen Sumber Daya Akuatik Universitas Gadjah Mada (UGM), Suadi menerangkan, urban farming merupakan kegiatan yang menyenangkan. Karena bisa memproduksi sesuatu yang berguna bagi rumah.

Meski tidak memiliki lahan yang luas, Suadi menanam sayuran dengan cara vertikultur. Selain itu dia membudidayakan ikan menggunakan kolam terpal.

"Kedua sistem ini tersambung. Limbah dari ikan bisa menjadi unsur hara bagi sayur-sayuran yang dia tanam," terang Suadi mengutip laman Kagama.co, Selasa (16/2/2021).

Beberapa sayur yang ditanam secara vertikultur seperti cabai, tomat, terong, seledri, mint, sawi, selada, dan masih banyak lagi.

Baca juga: Nori dari Kangkung dan Ikan Lele, Mahasiswa UWM Juara 1 LKTI

Tak hanya untuk dikonsumsi sendiri bersama anggota keluarganya, hasil panen ini juga biasa ia berikan sebagai canthelan di lingkungan rumahnya dan bisa diambil warga yang membutuhkan.

Siapkan pipa untuk memulai urban farming

Dengan menerapkan urban farming, lanjut Suadi, masyarakat tidak hanya menikmati hasil panen satu tahun sekali, tetapi bisa berkali-kali. Masyarakat bisa memulai melakukan urban farming di rumahnya. Bahkan kegiatan ini bisa menjadi kegiatan yang menarik di masa pandemi.

Bagi yang mau mencoba, bisa dimulai dengan menyiapkan pipa. Pipa merupakan kebutuhan utama yang harus disiapkan untuk urban farming. Bahkan saat ini pipa khusus urban farming sudah banyak dijual di pasaran. Selain itu media tanam bisa dibuat sendiri atau membelinya di toko-toko pertanian.

Sementara untuk kolam terpal, perlengkapannya juga sudah banyak ditemukan di pasaran dalam bentuk paket dengan kisaran harga Rp 800.000 hingga Rp 900.000.

"Selanjutnya tinggal melakukan instalasi sendiri. Pipa-pipa kecil untuk mengalirkan air kotor ke lahan vertikultur itu juga saya beli. Saya juga membeli pompa akuarium yang bisa bekerja selama 24 jam," beber Suadi.

Baca juga: Ini Makanan yang Bagus untuk Ibu Hamil Menurut Guru Besar UWM Yogya

Dua pompa ini berfungsi untuk menyiram tanaman dan satu lagi untuk mengalirkan oksigen ke ikan.

Manfaatkan air kolam sebagai unsur hara

Selain bisa memanen ikan, air kolam juga bisa digunakan untuk menyuburkan tanaman di lahan vertikultur.

Misalnya, makanan ikan tidak sepenuhnya bisa termanfaatkan. Karena nantinya pakan dan feses tersebut akan menumpuk di bawah.

"Di kolam ikan bisa dipasang pompa untuk menyedot air kotor yang sudah mengandung pakan ikan dan feses. Air kotor yang disedot dialirkan ke lahan vertikultur," beber praktisi urban farming ini.

Suadi mengungkapkan, dari kegiatan pertanian pekarangan ini, ia bisa menikmati hasil kebun dan budidaya ikan. Selain itu juga bisa berbagi kepada sesama yang membutuhkan.

Baca juga: Dosen Biologi UM Surabaya: Mewaspadai Bahaya Oncom, Ini Cirinya

Dengan melakukan urban farming, bisa memanfaatkan semua sumber daya yang ada. "Limbah budidaya ikan bisa saya jadikan sebagai nutrisi bagi tanaman dan sisa air di bawah masih bisa manfaatkan untuk tanaman lain," imbuh Suadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com