Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar IPB: Jenis Badak Sumatera Diambang Kepunahan

Kompas.com - 14/02/2021, 19:27 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pakar Badan IPB, Muhammad Agil menyatakan, jenis Badak Sumatera berada diambang kepunahan.

Paling tidak dalam empat dekade terakhir, populasi Badak Sumatera mengalami penurunan dengan cepat, yakni hingga 90 persen.

Baca juga: 6 Cara Berkebun di Halaman Rumah dari Pakar IPB

Dia menuturkan, Badak Sumatera dinyatakan punah di Taman Nasional Kerinci Seblat pada 2015.

Pada waktu yang hampir bersamaan, populasinya juga diketahui menghilang dari Semenanjung Malaysia.

Kepunahan total di Malaysia, termasuk di wilayah Sabah, diumumkannya dua tahun lalu.

Lalu, fakta Badak Sumatera semakin mendekati kepunahan kian santer, ketika Badak Sumatera makin sulit ditemukan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBS).

Saat ini, kalaupun masih ada, diperkirakan hanya tersisa 2-3 ekor saja di sana.

"Begitu pula di Way Kambas, diperkirakan sudah kurang dari 15 ekor Badak Sumatera yang tersisa. Niat untuk melakukan penyelamatan semakin menantang," kata dia melansir laman IPB, Minggu (14/2/2021).

Dia mengaku, Badak Sumatera merupakan satu-satunya spesies yang tersisa dari genus Dicerorhinus dan dikenal juga sebagai badak berambut paling primitif, yang kini hanya dimiliki oleh Indonesia.

Satwa itu telah masuk dalam kategori kritis (critically endangered) berdasarkan kriteria International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Baca juga: IPB Tetapkan Seleksi Mahasiswa Baru Secara Online

Bahkan, bilang dia, pemerhati badak bahkan telah menganggap situasinya sudah sangat krisis dan tidak tersisa banyak waktu untuk menyelamatkannya.

Untuk menyelamatkannya, diperlukan tindakan yang cepat dan tepat untuk dapat menyelamatkan Badak Sumatera dari kepunahannya.

 

Dia menyebutkan, ada teknologi yang bila segera diterapkan kemungkinan dapat membantu menyelematkan Badan Sumatera dari kepunahan. Yakni, perlu segera diaplikasikan Assisted Reproduction Technology (ART) dan Bio-bank.

"Teknologi ART dan Bio-bank merupakan teknologi reproduksi berbantuan yang dapat memanfaatkan sumber daya genetika yang ada untuk menghasilkan embrio Badak Sumatera," ungkap Dosen dari Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB.

Dengan teknologi ini, lanjut dia, dapat dikembangkan lebih lanjut beberapa kemungkinan skenario penyelamatan, termasuk teknik bayi tabung dengan in vitro fertilization (IVF).

"Bisa juga dengan intra cytoplasmic sperm injection (ICSI) atau teknik kloning dengan teknik induced pluripotent stem cell (iPSC) dari sel-sel somatik (fibroblas)," terangnya.

Jadi, untuk badak-badak yang mengalami gangguan pada organ dan saluran reproduksinya seperti itu, maka perlu segera memaksimalkan pemanfaatan teknologi agar dapat memanen sumber genetiknya.

Baca juga: Guru Besar IPB: Mensos Risma Harus Perbarui Data Penerima Bantuan

"Dari badak betina dan jantannya, untuk bisa menghasilkan embrio yang dapat langsung digunakan atau bisa disimpan dan kemudian ditransfer pada betina pengganti di masa depan sebagai back up," jelas dia.

Proteksi tidak cukup

Dengan melihat data penurunan sebaran dan populasi Badak Sumatera, maka dengan proteksi saja tidak cukup menyelamatkannya.

Meski demikian, proteksi juga tetap penting untuk dilanjutkan, bahkan perlu juga dikembangkan perlindungan yang lebih intensif dan efektif.

Beragam teknologi yang bisa mendapatkan data "Real Time" aktivitas ilegal dan perburuan juga dapat digunakan untuk mendukung peningkatan efektivitas perlindungan.

"Hal itu sangat penting khususnya untuk memastikan keamanan badak di tempat-tempat yang masih menjadi harapan terakhirnya di alam, seperti di Leuser," tutur dia.

Teknologi seperti bayi tabung pada satwa-satwa terancam punah sudah berkembang sangat maju dan berhasil menyelamatkan badak putih Afrika Utara yang sudah punah di alam.

Selain itu, pengalaman transfer embrio pada sapi dengan tingkat keberhasilan hingga 40 persen bisa menjadi model untuk mengembangkan teknologi yang terbarukan, tapi dengan riset yang lebih dalam.

Baca juga: Empat Cara Cegah Anemia dari Pakar IPB

Dia menambahkan, dengan bantuan teknologi itu, terbukti telah dapat diproduksi embrio. Nantinya, embrio ini suatu saat bisa ditanamkan kembali pada individu yang sehat.

"Embrio (Badak Sumatera) yang dihasilkan juga dapat disimpan dalam jangka panjang pada sistem bio-bank. Keberhasilan program semacam ini memerlukan kerjasama yang erat antar berbagai pihak," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com