Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Konsumsi Gula Berlebih Berdampak Kemampuan Belajar Menurun?

Kompas.com - 07/02/2021, 12:59 WIB
Mahar Prastiwi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi


KOMPAS.com - Makanan manis seperti permen, coklat, es krim, kue dan wafer tentu menjadi kesukaan anak kecil. Namun konsumsi makanan manis terlalu sering juga tidak bagus bagi kesehatan anak-anak.

Sebagai orangtua, apa yang dimakan anak perlu diperhatikan. Jangan sampai anak-anak kecanduan dengan makanan manis dan kebiasaan ini berlanjut hingga anak remaja dan dewasa.

Sudah banyak penelitian membuktikan efek negatif dari konsumsi makanan manis secara berlebihan. Mulai dari gangguan perilaku, gejala alergi, masalah pencernaan, obesitas, sampai melemahnya imunitas tubuh.

Belum lagi ditambah risiko klasik yang sudah berulang kali diperingatkan para dokter dan orangtua. Yakni ancaman sakit gigi akibat gigi yang berlubang.

Baca juga: Pakar UGM: Gizi Makanan Lebih Berperan Tingkatkan Imun ketimbang Suplemen

Tapi menjauhkan anak dari kegemaran makanan manis ini menjadi PR berat bagi para orangtua.

Sugar high dan efek candu

Para pakar dan pengamat di bidang nutrisi serta kesehatan memfokuskan perhatian mereka pada konsumsi gula berlebihan. Khususnya yang dilakukan oleh kelompok usia dini.

Gaya hidup lembam (sedentary lifestyle) dan konsumsi gula berlebihan merupakan dua hal yang dicurigai menjadi penyebab meningkatnya jumlah anak penyandang obesitas di berbagai belahan dunia.

Baca juga: Pakar IPB: Rempah dan Makanan Lokal Ini Dapat Cegah Covid-19

Jika para orangtua membebaskan anaknya mengonsumsi makanan manis berlebihan. Ada sederet dampak negatif yang bisa dialami anak.

Menurut dr. William Sears, dokter spesialis anak dari California dari Amerika Serikat yang juga penulis sejumlah buku best seller tentang nutrisi dan pengasuhan anak, meski gula bisa berperan sebagai sumber energi untuk beraktivitas.

Tetapi asupan gula per hari perlu dibatasi lantaran manfaat konsumsi gula jauh lebih kecil dibandingkan potensi kerusakan yang bisa ditimbulkannya terhadap tubuh anak-anak.

Baca juga: Selama WFH Bahan Makanan Harus Diatur, Ini 6 Tips dari Akademisi IPB

Konsumsi gula bisa mengakibatkan masalah perilaku yang dikenal dengan nama 'sugar high'. Efek sugar high ini lebih besar pada anak-anak, karena tubuh mereka lebih sensitif terhadap gula dibandingkan orang dewasa.

Sugar high adalah perilaku hiperaktif temporer yang terjadi beberapa saat setelah konsumsi makanan manis.

Menurut penelitian, kadar hormon adrenalin pada anak-anak bisa meningkat 10 kali lipat dari normal selama 5 jam setelah konsumsi gula.

Penurunan kemampuan belajar pada anak

Baca juga: Saran Pakar IPB agar Barang Belanja dan Makanan Delivery Bebas Corona

"Sayangnya, lonjakan energi ini akan diikuti dengan perasaan lemas berlebihan setelah efek gula melemah,” kata dr. Sears.

Berdasarkan penelitian yang dituangkan dalam buku Feeding the Brain karya Dr. Keith Conners—psikolog dari Children’s Hospital National Medical Center di Washington, DC, Amerika Serikat ini, konsumsi gula berlebihan juga bisa mengakibatkan penurunan kemampuan belajar pada siswa prasekolah.

Bukan hanya itu, gula juga memiliki sifat adiktif yang membawa efek 11-12 dengan kecanduan narkoba. Hal ini tertuang dalam buku Mood Cure disebutkan bahwa gula dikenal dengan nama ‘candu’ ketika baru tiba di tanah Eropa pada tahun 1100.

Baca juga: Selama WFH Bahan Makanan Harus Diatur, Ini 6 Tips dari Akademisi IPB

Karena efek candu inilah, semakin banyak gula yang masuk ke dalam tubuh kita. Semakin tinggi pula keinginan anak-anak untuk menyantap yang manis-manis.

Pasalnya, konsumsi gula berlebihan akan mengakibatkan peningkatan kadar gula darah, yang kemudian diikuti dengan produksi hormon insulin dalam jumlah besar.

Kelebihan kadar insulin dalam darah inilah yang kemudian memicu sensor pada otak untuk menyantap gula lebih banyak lagi.

Mempengaruhi prestasi

Hal senada juga disampaikan Penasehat Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Yogyakarta Dr dr Fx Wikan Indrarto SpA. Dampak negatif yang pertama terlihat jika anak terlalu banyak makanan manis yakni kerusakan pada gigi susu. 

Dampak negatif lainnya yakni kebiasaan itu menyebabkan kegemukan atau obesitas. "Jika anak obesitas, membebani kerja kelanjar pankreas yang dapat memicu diabetes lebih awal," tutur dr Wikan yang juga mantan Ketua IDI Yogyakarta ini kepada Kompas.com, Minggu (7/2/2021).

Jika anak obesitas, lanjut dr Wikan, membuat anak malas bergerak dan beraktivitas fisik. Hal ini juga mempengaruhi semangat belajar anak. "Tentu ke depan akan berdampak buruk pada prestasi belajar jika kebiasaan ini tidak segera dibenahi," tegas dr Wikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com