KOMPAS.com - Saat ini, tingkat membaca siswa Indonesia masih rendah. Dari 77 negara, Indonesia berada pada peringkat 72.
Hal ini karena daya baca siswa yang masih rendah dalam membaca teks dengan beragam genre dan teks kompleks. Biasanya, siswa hanya terbiasa dengan teks tunggal.
Untuk itulah SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL) yang merupakan salah satu pusat dari Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan Se-Asia Tenggara menggagas Klub Literasi Sekolah (KLS) untuk sekolah mitra.
Adapun fokusnya ialah pemajuan literasi di lingkungan sekolah. Dalam konteks literasi yang dinamis menghadapi era disrupsi, SEAQIL menempatkan KLS sebagai salah satu upaya dalam menunjang kecakapan hidup.
Baca juga: Begini Lho AN 2021 bagi Siswa, Guru, Sekolah dan Orangtua
Tentu melalui peningkatan kompetensi siswa dalam kecakapan kebahasaan atau berliterasi secara tulis atau tutur dan kecakapan abad 21 (berpikir kritis, berkolaborasi, bertindak kreatif, dan berkomunikasi).
"Fokus KLS ialah sebagai wadah untuk meningkatkan kecakapan hidup melalui penguasaan keterampilan berbahasa," ujar Direktur SEAQIL Dr. Luh Anik Mayani, M.Hum., pada pengembangan materi ToT (Training of Trainer) secara daring, Jumat (29/1/2021).
Lebih lanjut, Dr. Luh Anik menjelaskan tujuan dari KLS:
Menurut Anik, skema dari KLS ini ialah sebagai pilot project pada 30 sekolah mitra untuk pembentukan Klub Literasi Sekolah.
Nantinya, SEAQIL akan memilih 5 sekolah dari setiap Dinas Pendidikan Provinsi, yaitu:
1. Dinas Pendidikan Kalimantan Barat
2. Dinas Pendidikan Sulawesi Selatan
3. Dinas Pendidikan Sumatera Utara
4. Dinas Pendidikan Sumatera Barat
5. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur
6. Dinas Pendidikan dan Olahraga D.I. Yogyakarta