Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPN Jogja Kembali Ikut d'CATCH, Ini 4 Fakta Kegiatan Tersebut

Kompas.com - 19/01/2021, 15:39 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Tak seperti penyelenggaraan sebelumnya, de Centralized Transnational Asian Challenge atau disingkat d'CATCH tahun ini digelar secara daring.

Ini karena adanya pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Namun, dunia pendidikan terus berjalan.

Dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (19/1/2021), Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi UPN “Veteran” Yogyakarta (UPN Jogja) Agung Prabowo menjelaskan bahwa Jurusan Ilmu Komunikasi UPN Jogja juga tergabung dalam d'CATCH sejak 2013.

Baca juga: Webinar UPN Jogja: Humas Lembaga Publik Wajib Pahami 2 Hal Ini

Dijelaskan, ada 5 universitas di Asia yang terlibat dalam proyek komunikasi antarbudaya ini, yaitu:

  1. Communication University of China
  2. Chulalongkorn University, Thailand
  3. Kanda University of International Studies, Japan
  4. University of Santo Tomas, Philippines
  5. UPN “Veteran” Yogyakarta, Indonesia

"Meskipun sama-sama dari Asia, namun tidak dipungkiri bahwa ada banyak perbedaan budaya di antara negara peserta," ujar Agung Prabowo.

Tentu, proyek ini bertujuan untuk saling memahami budaya masing-masing dan mempersempit kesenjangan budaya di antara para peserta. Pemahaman budaya diharapkan dapat mempererat jalinan persaudaraan antarnegara peserta.

Lantaran pandemi, acara ini akan diadakan secara daring pada 19 Januari 2021 melalui aplikasi Zoom. Berikut 4 fakta dari proyek d'CATCH:

1. Saling mengenal dan memahami budaya lain

Budaya bukan hanya aspek seni seperti tarian atau pakaian. Hampir semua aspek kehidupan adalah budaya. Meskipun sama-sama berasal dari Asia, namun semua negara memiliki budayanya sendiri yang unik dan kadang jika dilihat dari sudut pandang budaya lain terasa “aneh”.

Nah, proyek ini bertujuan untuk menjembatani perbedaan antarbudaya sehingga tercipta kesepahaman. Tanpa adanya kesepahaman, bisa memunculkan prasangka dan persepsi buruk terhadap budaya lain.

2. Komunikasi antarbudaya dengan menggunakan video dokumenter

Proyek ini diadakan tahunan dan dimulai dengan mendiskusikan topik yang akan diangkat pada tahun itu. Setelah topik disepakati, kemudian ditentukan lima subtopik. Dari subtopik inilah peserta harus membuat video dokumenter. Video dibuat selama satu semester.

Untuk bisa membuat video dokumenter, tentu dibutuhkan riset dan kegiatan lain yang bersifat ilmiah seperti membaca literatur. Mahasiswa terdorong untuk lebih peka melihat situasi sekeliling.

Sebagai contoh, mahasiswa pernah mengangkat video mengenai pulung gantung yang ada di Gunungkidul. Sebelumnya, mereka hanya mengetahui sedikit mengenai hal itu.

Hasil riset itu kemudian dituangkan dalam video dokumenter berdurasi 5 menit. Saat puncak acara d'CATCH yang diadakan secara bergilir tiap tahun, mahasiswa akan bergabung dengan teman dari negara lain yang memiliki subtopik yang sama.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com