Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim IPB Ikut Cari Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

Kompas.com - 11/01/2021, 18:45 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta-Pontianak jatuh di perairan Kepulauan Seribu, dekat dengan Pulau Laki dan Pulau Lancang pada Sabtu (9/1/2021).

Keadaan itu menghentak rasa kemanusiaan banyak pihak. Termasuk dari tim IPB yang terjun langsung mencari pesawat Sriwijaya Air SJ 182.

Baca juga: Pakar IPB: Jenis Makanan Ini Cegah Covid-19

Tim IPB yang mencari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 dipimpin oleh Syamsul Bahri Agus.

Syamsul adalah Kepala Program di Pusat Studi Bencana (PSB), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB.

Syamsul Bahri bersama masyarakat Pulau Lancang melakukan pencarian dengan menggunakan alat pendeteksi echosounder.

Dengan peralatan itu, kata Syamsul, paling tidak upaya penelusuran berbagai objek dapat dilakukan.

"Hasilnya, semua lokasi sebaran dari berbagai benda yang berasal dari pesawat Sriwijaya Air SJ 182 bisa dikumpulkan," ucap dia melansir laman IPB, Senin (11/1/2021).

Dia mengaku, lokasi yang diduga titik jatuh dari sebaran puing pesawat bersubstrat dan berlumpur, dengan tingkat visibility rendah.

Sehingga harus dilakukan secara teliti, agar bisa memastikan objek benda atau bukan.

"Tim berada di lapangan untuk bersama-sama dengan pihak lain melakukan pencarian," ungkap dia.

Lanjut dia menyatakan, tim dari IPB berhasil mendeteksi paparan logam di dasar perairan Pulau Lancang pada Minggu (10/1/2021) pagi.

"Ada objek mencurigakan yang kami yakini adalah logam yang merupakan bagian besar dari Pesawat Sriwijaya Air SJ 182," sebut dia.

Baca juga: Guru Besar IPB: Daun Kelor Lebih Baik dari Jeruk dan Wortel

Dia menambahkan, objek itu terpantau sekitar 1 mil di radius pendeteksian.

Deteksi data logam berat dilakukan oleh alat instrumen kelautan sederhana, Echo Sounder Aquamap 80 Garmin.

"Data-data itu kemudian kami berikan kepada tim pencarian Kopaska TNI AL dan juga tim Basarnas," ujar dia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com