Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru Besar IPB: Daun Kelor Lebih Baik dari Jeruk dan Wortel

Kompas.com - 02/01/2021, 19:47 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Guru Besar IPB, Yusman Syaukat mengatakan, daun kelor memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesehatan. Bahkan, vitamin C di daun kelor tujuh kali lebih banyak dari jeruk.

Lalu, kata Yusman, kandungan vitamin A di daun kelor lebih banyak dari wortel. Kadar kalsiumnya juga empat kali lebih banyak dari susu.

Baca juga: Pakar IPB: Jenis Makanan Ini Cegah Covid-19

"Kaliumnya juga tiga kali lebih banyak dari pisang dan kandungan protein dua kali lebih banyak dari telur," ungkap Yusman, melansir laman IPB, Sabtu (2/1/2020).

Ketua Dewan Guru Besar IPB, Evy Damayanthi memiliki pandangan yang sama. Dia mengaku kandungan gizi daun kelor tidak terbantahkan lagi.

Apalagi, bilang Evy, daun kelor bahkan banyak digunakan dalam program-program pengentasan masalah gizi. Daun kelor juga sudah sangat akrab dengan masyarakat Indonesia.

Akan tetapi, dia menegaskan, masih banyak masyarakat yang belum tertarik untuk membudidayakan tanaman yang kaya manfaat tersebut.

"Di Nusa Tenggara Timur (NTT) setiap rumah sudah harus menanam paling tidak lima pohon kelor. Jadi saya senang membuat program pendampingan budidaya kelor dari hulu ke hilir," jelas Evy.

Baca juga: Mahasiswa ITS Ciptakan Kantong Plastik dari Kentang

Dosen dari Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB, Hamim juga menyampaikan, daun kelor dari sisi ketahanan merupakan jenis tanaman yang mudah dibudidayakan.

Walaupun demikian, proses budidaya dengan penerapan pertanian monokultur, risiko serangan hama menjadi hal yang cukup tinggi probabilitasnya.

"Meski begitu, saya yakin para pakar di IPB pasti sudah melakukan kajian-kajian terkait dan pastinya sudah ada alternatif strategi pengendalian hama," terang Hamim.

Ada 10.000 unit usaha daun kelor 

Dari kalangan industri, yakni CEO PT Moringa Organik Indonesia (MOI), Budi Krisnadi menyebutkan, sudah ada 10.000 unit usaha daun kelor dari Aceh hingga Papua. Tapi, mayoritasnya usaha kecil.

Budi menegaskan, titik susah dalam mengelola daun kelor adalah saat proses perontokan lembaran daun dan tangkainya.

Apabila bagian tangkai terbawa ke dalam proses produksi, maka akan menurunkan kandungan dari daun kelor. Sebab, bagian tersebut terdapat anti nutrien.

"Proses rorot (perontokan lembaran daun) bisa dilakukan di rumah dengan mesin kecil. Ini menjadi potensi peningkatan kesejahteraan masyarakat," sebut Budi.

Baca juga: Pakar IPB: Pengasuh Terbaik Anak adalah Ibu

Budi menambahkan, perusahaannya terbuka bila ada unit usaha yang ingin belajar pengolahan daun kelor. Langkah ini merupakan bentuk dukungan untuk pengembangan daun kelor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com