Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Najelaa Shihab Ajak Siswa Jadi Pahlawan Merdeka Belajar

Kompas.com - 29/12/2020, 11:07 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Siswa dan mahasiswa sesungguhnya menjadi agen perubahan pendidikan di garis terdepan, selain guru dan orangtua.

"Yang sungguh-sungguh dapat merubah pendidikan adalah siswa dan mahasiswa. Karena kalian adalah subyeknya. Kalian yang punya kepentingan paling besar," tegas Najelaa Shihab, psikolog dan pemerhati pendidikan.

Penegasan ini disampaikan Najelaa dalam webinar "Hero Among Us" yang digelar Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), 29 Desember 2012. Webinar ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan "Puncak Persembahan Prestasi Talenta Indonesia" yang berlangsung 28-30 Desember 2020. 

"Kalau pendidikan gagal menjadi jembatan masa depan, yang paling rugi adalah siswa dan mahasiswa," jelas Najeela lebih lanjut.

Berbagi pengalaman di hadapan 800 lebih siswa berprestasi, Najelaa mengingatkan pendidikan yang utuh adalah pendidikan yang tidak hanya menyiapkan untuk mendapat ijazah tapi juga menyiapkan para peserta didik untuk hidup.

"Pendidikan abad 19 hanya nilai, angka, atau ujian tersandar. Padahal dunia yang sekarang apalagi masa depan membutuhkan orang yang tidak hanya nilai tinggi saja," ungkap Najelaa.

Ia menambahkan, "hidup itu tidak punya pilihan ganda. Kita butuh kemampuan untuk mentrasfer apa yang kita pelajari di sekolah ke kehidupan sehari-hari."

Baca juga: Puspresnas Raih Rekor Muri Peserta Kompetisi Daring Terbanyak Masa Pandemi

Jadi "pembelajar sepanjang hayat"

Terkait penggunaan teknologi dalam pembelajaran, Najelaa menyebut masih lembaga pendidikan memakai tekolobi tapi secara esensi masih mempraktekan pendidikan abad 19 di mana tidak ada komunikasi dua arah.

"Teknologi bisa jadi solusi tapi bukan asal ada gawai dan kuota data. Kalau asal ada gawai dan kuota data pada akhirnya hanya memikirkan tugas satu arah. Integrasi teknologi, kompetensi digital harus diikuti dengan pedagogi tinggi guru dan orangtua dalam memproses pembelajaran yang terintegrasi," jelasnya.

Olah karenanya, Najelaa mendorong peserta yang hadir untuk menghadirkan semangat "Merdeka Belajar" dengan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Ia menerangkan Merdeka Belajar sesungguhnya sudah menjadi fitrah manusia sejak lahir. "Tuhan yang Maha Kuasa memberi fitrah kita kemerdekaan belajar," ungkapnya.

Ia memberikan gambaran bagaimana anak-anak yang mulai belajar berjalan karena memiliki dorongan dari dalam diri untuk ingin tahu, ingin mencoba tanpa iming-iming hadiah, nilai, atau stiker dan lainnya.

Selain membutuhkan komitmen, mandiri dan kemampuan reflektif, Najelaa menjelaskan ada 5 tahap di mana para siswa yang hadir dapat mulai menumbuhkan Merdeka Belajar menjadi pembelajar seumur hidup atau long life learner:

  1. Memanusiakan hubungan: apakah saya memahami kebutuhan belajar dan kesiapan diri?
  2. Memahami konsep: mengapa saya perlu memperlajari ini?
  3. Membangun keberlanjutan: bagaimana saya menghubungkan dan mengaitkan hal yang saya pelajari?
  4. Memilih tantangan: kapan saya memberikan target yang penting untuk memacu pembelajaran diri?
  5. Memberdayakan konteks: di mana saya dibutuhkan untuk mempraktikan apa yang telah saya pelajari?

Baca juga: Ragam Prestasi dan Inovasi Mahasiswa Indonesia di Tengah Pandemi

Definisi prestasi sesungguhnya

Oleh karenanya, Najelaa berharap prestasi yang telah diraih peserta tidak menghentikan para siswa dan mahasiswa tidak berhenti dalam mengembangkan diri.

"Saya sangat berharap, teman-teman yang meraih prestasi, tidak membuat pengakuan ini membuat kemerdekaan belajar berhenti sampai di sini," harapnya."

"Pendidikan itu memberikan kekuatan. Dan itu harus ditunjukan bukan saja di ruang kelas tapi dalam konteks sehari-hari. Anak-anak muda perlu berdaya, berdaya sebagai warga negara dari sekarang," ajaknya.

Ia menggambarkan, dari 750 lebih komunitas Semua Murid Semua Guru, hampir 20 persen atau 120 lebih komunitas digagas oleh anak-anak muda yang berusia di bawah 20 tahun.

Mereka bergerak dan terpanggil untuk menjawab menjadi solusi berbagai permasalahan yang ada di sekitar kita, mulai dari komunitas teman belajar, menjaga bumi, membantu hak PRT, hingga komunitas yang bergerak di bidang kesehatan mental.

"Ini definisi prestasi sesungguhnya. Ambil peran dan tangung jawab melakukan perubahan, perubahan pendidikan untuk Indonesia yang lebih baik. Kita adalah yang kita nanti-natikan. Banyak kita bisa lakukan mulai dari hari ini," ujarnya.

Sisi lain Najelaa juga mengingatkan peserta untuk tidak mudah menyerah dalam melakukan perubahan di lingkungannya.

"Kalau kalian mau jadi pemimpin, mau jadi agen perubahan akan selalu menemui tantangan dari orang-orang pro status quo, yang ingin (tetap) di zona nyaman. Namun, perubahan selalu berhasil dilakukan dari sekelompok kecil orang yang tidak kenal lelah menjadi contoh," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com