KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki menyadari pentingnya kolaborasi pendidikan vokasi dengan UKM.
Teten mengungkapkan, struktur UKM dari waktu ke waktu tidak menunjukkan perubahan siginifikan. Dia membandingkan kondisi Indonesia yang kewirausahaannya masih di level 3,47 persen, sementara Singapura sudah hampir 9 persen dan Thailand serta Malaysia sudah mencapai 5 persen.
Baca juga: Kemendikbud Luncurkan 2 Program Merdeka Vokasi
Dia mengaku, salah satu prasyarat menjadi negara maju adalah dengan menambah kewirausahaan. Kesenjangan yang terjadi, harus disikapi dengan pendidikan kewirausahaan.
Dia menyebutkan, langkah nyata yang telah dilakukannya dengan Kemendikbud, yakni melibatkan pendidikan tinggi vokasi sebagai inkubator bisnis. Pendirian startup berbasis teknologi di kampus adalah sebuah lompatan dalam mengembangkan prinsip kewirausahaan di Indonesia.
"Kemitraan dengan DUDI ini perlu dirumuskan, karena banyak kemitraan yang bersifat aksi sosial, contohnya industri baja memberikan pelatihan ," ungkap Teten melansir laman Kemendikbud, Rabu (23/12/2020).
Teten mengatakan, kemitraan yang diinginkan adalah bagaimana UKM menjadi bagian dari rantai pasok industri besar. Sehingga pelatihan yang dilakukan benar-benar dapat menjembatani proses transfer pengetahuan dan keterampilan, serta peningkatan kualitas produksi dan desain.
Selain itu, produk-produk UKM juga harus diserap industri nasional. Tercatat, partisipasi UKM dalam rantai pasok industri besar baru 4,1 persen.
Baca juga: Kuliah Tatap Muka 2021, Dirjen Vokasi: Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa
"Yang mendapat insentif pajak itu seharusnya memang program pengembangan vokasi yang terintegrasi dengan rantai pasok, karena UKM jika melihat pengalaman Korea Selatan, Jepang, dan Cina, mereka menjadi rantai pasok industri nasionalnya," jelas Teten.
Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbud, Wikan Sakarinto mengatakan, investasi sumber daya manusia (SDM) yang unggul adalah persiapan terbaik menuju Indonesia masa depan. Oleh karena, sistem pendidikan vokasi harus mampu mewujudkan SDM unggul.
"Kemendikbud terus melakukan upaya memastikan agar link and match antara pendidikan dan pekerjaan dapat terjalin sebaik-baiknya," ucap Wikan.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan