Oleh: Kiki Fatmawati | Dosen PGMI UIN Sultan Thaha Syaefuddin Jambi
KOMPAS.com - Januari 2021 Kemendikbud mengizinkan sekolah kembali menyelenggarakan pembelajaran tatap muka. Kebijakan ini tidak lepas munculnya keluh kesah dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Berbagai penelitian juga menyebut ketidakefektifan PJJ yang mengakibatkan berbagai masalah, terutama psikososial siswa.
Meski demikian, pembelajaran tatap muka masih menyisakan kekhawatiran di lingkungan pendidikan mengingat pembukaan tatap muka di awal tahun 2021 sebelumnya diikuti gelaran pilkada dan juga liburan panjang Natal dan Tahun Baru.
Banyak pihak merasa khawatir, jika tidak disiapkan secara baik, tatap muka pembelajaran di Januari 2021 berpotensi menjadi kluster baru penyebaran Covid-19.
Salah satu solusi yang ditawarkan guna meredam kekhawatiran tersebut adalah dengan menerapkan pembelajaran tatap muka berbasis sistem hybrid learning.
Baca juga: KBM Tatap Muka di Bogor Dilakukan Bertahap dengan Pola Hybrid Learning
Hybrid learning merupakan pembelajaran dengan sistem daring yang dikombinasikan dengan pertemuan tatap muka untuk beberapa jam. Hybrid learning dilakukan guna meminimalisir dampak psikososial siswa.
Ada juga yang menganggap hybrid learning sama halnya dengan blended learning. Bentuk pembelajarannya merupakan kombinasi antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring.
Hybrid yang dimaksud adalah pembelajaran tatap muka dilakukan secara rotasi dengan jumlah siswa 50 persen.
Misalnya, dari jumlah siswa 32 orang menjadi 16 orang per pertemuan tatap muka di kelas. Sisanya mengikuti kelas pembelajaran daring atau luring, dan bergantian.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.