Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Angka Plagiarisme Naik, Apa Pentingnya Jadi Mahasiswa Berintegritas?

Kompas.com - 07/12/2020, 09:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Riana Sahrani | Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara

KOMPAS.com - Belajar daring, sesuai ketentuan Pemerintah melalui Kemedikbud semestinya membuat semua menjadi relatif lebih mudah.

Berdasarkan hasil survei Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (Oktober 2020), sebagian besar mahasiswa mengaku belajar daring lebih hemat karena tidak perlu ada biaya transportasi dan juga kost (apabila dari luar kota), semua bahan bacaan dapat ditelusuri dengan internet, dan lain sebagainya.

Namun demikian ada juga sisi negatif pembelajaran daring, antara lain adalah rentan terjadi kesalahpahaman atau perbedaan persepsi antara mahasiswa dengan dosen (karena komunikasi lewat media whatsapp).

Selain itu muncul pula kekurang pemahaman terhadap pembelajaran karena kuliah diberikan daring, kerja sama dengan teman dalam mengerjakan tugas kelompok menjadi kurang lancar, dan yang terparah adalah terjadinya plagiarisme.

Selama pembelajaran daring ini penulis mengamati bahwa praktek plagiarisme di kalangan mahasiswa, terus meningkat.

Dalam sebuah survei yang dilakukan menggunakan program Turnitin (salah satu program untuk mendeteksi tingkat plagiarisme) terhadap tugas yang diberikan kepada mahasiswa, ditemukan tingkat kemiripan yang tinggi.

Baca juga: Kuliah Tatap Muka 2021, Dirjen Vokasi: Tingkatkan Kompetensi Mahasiswa

Dari survei tersebut, dalam 75 berkas mahasiswa dalam kurun waktu sekitar 1 tahun (mulai dari Agustus 2019 sampai Oktober 2020), diperoleh data sebanyak 27 berkas mendapatkan nilai Turnitin sebesar 30 persen sampai 83 persen (36 persen dari keseluruhan berkas yang diuji).

Data ini menunjukan, bila diketemukan kemiripannya tinggi bisa diduga atau diindikasikan terjadi plagiarisme, meski masih belum bisa dikatakan plagiat karena masih perlu pembuktian lanjutan.

Meski demikian, indikasi terjadinya praktek plagiarisme tidak dapat dianggap remeh dan ada kecenderungan meningkat.

Plagiarisme, salah siapa?

Kesalahan siapakah ini semua? Menurut penulis ini bukanlah faktor tunggal karena semua faktor saling berhubungan.

Apabila dikaji dengan teori dari Urie Bronfenbrenner tahun 2006 (Ettekal & Mahoney, 2017), yaitu teori ecological systems theory yang menjelaskan peranan akrif individu dalam proses perkembangan.

Dalam teori ini dijelaskan bahwa pada dasarnya manusia terhubung dengan empat sistem lingkungan, yaitu microsystem, mesosystem, exosystem, dan macrosystem.

Penekanan pada microsystem adalah interaksi antara individu dalam suatu konteks dengan konteks lainnya. Misalnya perilaku anak merupakan interaksi dari pengaruh orang tua dan sekolah.

Sebagai contoh, anak akan menganggap perilaku mencontek tidak menjadi masalah apabila orangtua tidak memberikan perhatian pada hal ini. Anak mendapatkan nilai bagus karena hasil mencontek, tapi orangtua mengetahui dan bahkan memuji anak. Kemudian, sekolah tidak memberikan tindakan tegas, karena tidak terlalu perhatian dengan kondisi tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com