KOMPAS.com - Kementerian Agama ( Kemenag) mengaku banyak guru madrasah saat mengajar siswa di daerah terdepan, tertinggal dan terluar (3T) mengalami jatuh bangun.
Meski pahit, guru madrasah tetap memperjuangkan para siswa, agar kecerdasan kehidupan bangsa ini mengalami peningkatan.
"Saya apresiasi guru-guru di kawasan 3T, karena telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, meski terkadang harus jatuh bangun karena berada di daerah terpencil," ucap Dirjen Pendidikan Islam Kemenag, M Ali Ramdhani melansir laman Kemenag, Rabu (2/12/2020).
Baca juga: Kemenag Latih Guru di Daerah 3T
Dia mengaku, tidak semua orang bisa seperti guru yang ada di daerah 3T. Mereka adalah orang-orang luar biasa yang tidak lagi berada di level bawah dalam mengajar.
"Mereka mengajar tidak lagi di level keduniawian. Tapi lebih dari itu, sudah masuk dalam wilayah transenden yang menjadi amalan bernilai akhirat," ungkap pria yang biasa disapa dengan nama Dhani.
Sebagai rasa peduli terhadap guru, kata Zain, Kemenag sedang melakukan asesmen terhadap guru, kepala madrasah, dan pengawas.
Kemenag juga sedang mengalokasikan anggaran bantuan subsidi upah (BSU) atau subsidi gaji kepada guru honorer atau non-PNS di lingkungan Kemenag.
"Sebanyak 294 ribu peserta yang ikut asesmen, seperti guru, kepala madrasah, dan pengawas. Subsidi gaji ini juga segera dikirimkan kepada guru honorer," sebut dia.
Lanjut Zain mengatakan, sebagai rasa cinta terhadap guru di daerah 3T, kini Kemenag sedang menguatkan para guru yang ada di Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Langkah penguatan yang dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada guru selama tiga hari.
"Kami kuatkan guru di Ende dengan berlatih selama tiga hari, dari 28 November sampai 1 Desember 2020. Ini sebagai bentuk apresiasi di Hari Guru Nasional," jelas Zain.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan