Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/11/2020, 19:29 WIB
Dian Ihsan,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ayyub, salah satu guru yang tinggal di daerah terdepan, tertinggal dan terluar (3T). Letaknya di tanah Papua.

Bagi semua siswanya, Ayyub mempunyai peran besar dalam memberikan ilmu setiap harinya. Karena, mereka tak pantang menyerah saat menimba ilmu pendidikan di tempat yang kurang sarana maupun prasarana.

Baca juga: Mendikbud: Dana BOS 2021 Difokuskan untuk Daerah 3T

"Kami harap anak-anak di daerah 3T dapat memiliki sarana dan prasarana yang bagus seperti di daerah lainnya sehingga dapat menunjang mimpi mereka meraih cita-cita," ungkap Ayyub melansir laman Ditjen GTK Kemendikbud, Minggu (29/11/2020).

Ayyub merupakan alumni program Sarjana Mengajar di Daerah 3T (SM-3T) yang kini mengajar di SD YPK Pasi Aimando, Biak, Papua. Sekolah tersebut berbatasan langsung dengan Samudera Pasifik.

Ayyub memiliki tekad yang besar untuk membangun pendidikan di Papua. Hal itu didasari rasa prihatin dirinya ketika melihat ketimpangan yang terjadi di sana. Mulai dari kekurangan jumlah guru, hingga sarana dan prasarana yang tidak memadai.

"Itulah alasan saya bertahan di sana," tutur Ayyub.

Atas dasar rasa kesungguhan Ayyub, dirinya sempat menjadi salah satu guru inspiratif yang berkesempatan untuk berdialog dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dan Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril.

Ayyub menyatakan, dirinyaa sangat bersyukur masa kecilnya dulu telah mendapatkan akses pendidikan yang baik. Oleh karena itu, dia ingin anak-anak di daerah 3T merasakan hal yang sama, dapat merasakan esensi bahwa pendidikan untuk semua.

"Saya bersyukur ada di daerah 3T. Saya adalah orang yang kurang memaknai ijazah, memilih keluar dari zona nyaman dan masuk ke perbatasan," tutur dia.

Tidak boleh ikut CPNS

Berkat hati kecilnya yang begitu baik, hal itu menjadikan Ayyub sangat diandalkan terutama dalam mengoperasikan perangkat teknologi informasi di daerahnya. Di tengah rutinitas mengajar, dia masih sempat membantu administrasi distrik terkait data kependudukan, kegiatan kerohanian, dan lain-lain.

"Saya enggak boleh pergi untuk melamar CPNS. Sampai kepala desa bilang, sekolah akan tutup kalau sampai saya pergi," celoteh Ayyub.

Saat mengajar, lanjut dia, nilai-nilai toleransi antarindividu sangat kental di daerah pedalaman. Dia berharap, jiwa rasa ikhlas yang pernah diajarkannya kepada semua siswa bisa tertanam dengan baik.

"Itu bertujuan agar siswa bisa tersenyum di hari ini dan hari esok. Jadi maksimalkan usaha kita," harap Ayyub.

Mendengar cerita Ayyub, Nadiem merasa takjub. Karena, kisah inspiratif ini membuktikan bahwa guru penggerak akan semakin terpacu motivasinya, ketika dihadapkan pada tantangan yang besar.

Baca juga: Kemenag Latih Guru di Daerah 3T

"Semakin sulit tantangan, maka semakin terpacu. Mereka tertantang oleh situasi yang lebih sulit bukan berputus asa, tapi semangat," tukas Nadiem.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com