Oleh: Christina, Sri Tiatri, Pamela Hendra Heng
KOMPAS.com - Jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan masa pendidikan paling mendasar karena perkembangan anak pada jenjang pendidikan selanjutnya sangat bergantung pada stimulus yang diterima sejak usia dini.
Oleh sebab itu, tujuan PAUD adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, meliputi aspek perkembangan nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif, sosial, bahasa dan seni (Kemendikbud, 2015; Slavin, 2009).
Keterampilan bahasa adalah salah satu keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh anak untuk dapat berhasil dalam lingkungan sekolah serta kehidupan sehari-hari (Morrison, 2008).
Keterampilan bahasa meliputi bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Keterampilan bahasa reseptif merujuk pada kemampuan penerimaan dan pemahaman atas bahasa, yaitu adalah membaca dan mendengarkan.
Adapun keterampilan bahasa ekspresif merupakan kemampuan memproduksi bahasa, yaitu dalam bentuk lisan atau tulisan.
Metode yang dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan bahasa adalah mendongeng atau bercerita.
Baca juga: Merdeka Belajar di PAUD adalah Merdeka Bermain
Melalui kegiatan bercerita, anak akan mengembangkan kemampuan berbicara. Selain itu, ketika temannya bercerita, anak mengembangkan kemampuan menyimak/mendengarkan.
Dua kemampuan ini dibutuhkan dalam kegiatan "tunjukkan dan ceritakan".
Metode "tunjukkan dan ceritakan" dapat dilakukan untuk memantau penggunaan kosa kata dan tata bahasa anak, serta mendorong anak untuk menjawab pertanyaan, dan mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan (Bowyer-Crane, 2008).
Metode "tunjukkan dan ceritakan" memberi kesempatan bagi anak untuk berbagi narasi lisan tentang objek atau pengalaman dari kehidupan rumah mereka kepada teman sebaya, dan memerlukan dukungan guru (Mortlock, 2014.
Metode yang merupakan bagian dari peer tutoring ini dapat membuat anak menjadi pembelajar aktif melalui interaksi sosialnya dengan orang lain.
Sebagai pembelajar aktif, anak akan mencoba belajar sesuatu dari orang lain, baik orang dewasa maupun yang sebaya (Santrock, 2012).
Beberapa manfaat yang diperoleh dari penerapan metode "tunjukkan dan ceritakan" antara lain melatih anak menjadi presenter (pembawa cerita) dan audiens (mendengarkan cerita), mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan tema, serta menghubungkan tanggapan antaraudiens.
Manfaat lainnya adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis, meningkatkan kemampuan observasi, meningkatkan penggunaan kombinasi kata-kata untuk membentuk narasi lisan, serta meningkatkan kepercayaan diri anak (Musfiroh, 2011).
Langkah-langkah pelaksanaan "tunjukkan dan ceritakan" antara lain anak membawa benda untuk diceritakan di kelas.
Benda tersebut dapat disesuaikan dengan tema pembelajaran di kelas, seperti membawa binatang mainan saat tema pembelajaran tentang binatang atau membawa mobil-mobilan saat tema pembelajaran tentang transportasi. Guru meminta anak menjelaskan benda yang telah mereka bawa.
Baca juga: Seperti Ini Prinsip Modul Pembelajaran PAUD Saat Pandemi
Saat anak telah selesai menjelaskan, maka guru mengajak anak lain untuk memberikan pertanyaan dan mendiskusikan mengenai benda yang telah di bawa tersebut.
Secara bergiliran, maka seluruh anak akan maju ke depan untuk mempresentasikan benda yang telah dibawanya.
Metode "tunjukkan dan ceritakan" dinilai mampu meningkatkan kemampuan berbicara ekspresif lisan yang meliputi kosa kata dan tata bahasa.
Mengingat hubungan yang erat antara narasi lisan dan membaca, maka tidak mengherankan untuk menemukan bahwa anak-anak prasekolah yang sangat baik dalam bercerita, juga memiliki skor tinggi dalam tes membaca di jenjang berikutnya (Snow dan Dickinson, 1991; Tabors, Snow, dan Dickinson, 2001).
Oleh sebab itu, metode "tunjukkan dan ceritakan" di PAUD dapat dikembangkan untuk mencapai keberhasilan membaca di jenjang pendidikan sekolah dasar.
Sri Tiatri & Pamela Hendra Heng
Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Christina
Mahasiswa S2 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara