Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peraih LYSA 2020 Kembali ke Indonesia Setelah 13 Tahun, Ini Alasannya

Kompas.com - 23/11/2020, 15:32 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Melalui surat elektronik, Afriyanti Sumboja selaku peraih penghargaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Young Scientist Award (LYSA) 2020 menceritakan kisahnya kembali ke Indonesia untuk memajukan pendidikan dan penelitian.

“Alasan terbesar kembali ke Indonesia karena kangen dan saya memang ingin berkontribusi dalam memajukan pendidikan dan penelitian di Indonesia,” jelas Afriyanti pada Senin (23/11/2020) kepada Kompas.com.

Setelah tiga belas tahun Afriyanti berada di Singapura untuk belajar dan menjadi peneliti, ia pun kembali ke Indonesia sekaligus memutuskan untuk menjadi salah satu pendidik Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca juga: Masuk Top 2% World Ranking Scientists, Guru Besar ITS Riset Ini

Pasalnya, ia pernah memiliki pengalaman membimbing mahasiswa magang selama kurang lebih empat tahun bekerja sebagai peneliti di Singapura.

Afriyanti pun merasa puas bila mahasiswa magang dapat melakukan proyek penelitian dengan baik. Akhirnya, koleganya menyarankan Afriyanti untuk bekerja di perguruan tinggi.

“Kolega saya pun merasa seperti itu dan bahkan ada yang menyarankan bahwa saya lebih cocok bekerja di kampus, di mana ada kesempatan untuk mengajar, membimbing mahasiswa, dan juga meniliti,” ungkapnya.

Meski sejak kecil tidak memiliki cita-cita menjadi seorang dosen, tetapi Afriyanti pun memutuskan untuk mencoba bergabung dengan ITB.

Kini Afriyanti menjadi dosen di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara ITB dan ia suka untuk melakukan pekerjannya setiap hari.

“Ternyata setelah dua tahun menjadi pengajar sekaligus peneliti di ITB, saya suka dengan apa yang saya kerjakan setiap harinya. Bagi saya, apapun jenis pekerjaannya, pekerjaan haruslah sesuatu yang kita suka dan punya passion dalam mengerjakannya,” cerita Afriyanti.

Berkat pengalaman dan prestasinya di bidang ilmu pengetahuan serta teknologi, Afriyanti menjadi peneliti muda ke-5 (di bawah 40 tahun) yang memeroleh penghargaan nasional dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang bernama LIPI Young Scientis Award (LYSA).

Tips berprestasi untuk peneliti muda

Sejak SMA, Afriyanti mulai tertarik untuk mengambil program studi Teknik Material di Nanyang Technological University (NTU), Singapura. 

Berdasarkan pemeringkatan kampus yang dilakukan oleh Quacquarelli Symonds (QS), NTU berada pada peringkat 13 dari 1.000 perguruan tinggi di dunia.

Di Singapura sendiri, NTU merupakan kampus kedua terbaik setelah National University of Singapore (NUS).

Setelah tiga tahun berkuliah di NTU, ketertarikan serta rasa keingintahuan Afriyanti semakin membesar. Ia pun melihat bidang keilmuan teknik material memiliki kemungkinan tidak terbatas.

Baca juga: Kampus Terbaik di Indonesia, Malaysia, dan Singapura Versi QS WUR 2021

“Material, baik dalam bentuk logam, keramik, polimer, atau kompositnya, hampir selalu kita gunakan dalam segala aspek kehidupan kita. Kita bisa membuat benda apa saja dan dengan fungsi apa saja, jika kita tahu bagaimana mendesain dan memilih material yang cocok, atau membuat dan merekayasa material sehingga bisa didapatkan fungsi yang kita inginkan,” jelasnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com