Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Psikolog: Ini Alasan Banyak Remaja Jadi Pelaku Kekerasan Seksual Anak

Kompas.com - 28/09/2020, 21:06 WIB
Elisabeth Diandra Sandi,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Komisi Nasional (Komnas) Perempuan melalui Catatan Tahunan (CATAHU) 2020 menemukan angka korban serta pelaku kekerasan seksual anak yang cukup mengkhawatirkan pada 2019.

Komnas Perempuan masih menemukan adanya pelaku kekerasan seksual anak di bawah usia 18 tahun selama 3 tahun berturut-turut.

"Jika dibagi dengan pendiduk usia yang sama, 7 anak per 1 juta usia anak kurang dari 18 tahun berpotensi menjadi pelaku per tahun. Dengan kaya lain setiap hari rata-rata dua anak menjadi pelaku kekerasan," tulis Komnas Perempuan dalam CATAHU 2020.

Baca juga: Orangtua, Kebutuhan Dasar Anak Harus Dipenuhi Meski Pandemi

Berikut ini merupakan rangkuman dari jumlah korban dan pelaku kekerasan seksual anak menurut CATAHU 2020.

1. Korban kekerasan seksual dalam ranah personal (perkawinan, rumah tangga, dan hubungan).

  • Usia di bawah 5 tahun: 129 kasus
  • Usia 6 – 12 tahun: 653 kasus
  • Usia 13 – 18 tahun: 2.262 kasus

2. Pelaku kekerasan seksual dalam ranah personal (perkawinan, rumah tangga, dan hubungan).

  • Usia 6 – 12 tahun: 83 kasus
  • Usia 13 – 18 tahun: 652 kasus

3. Korban kekerasan seksual dalam ranah komunitas.

  • Usia di bawah 5 tahun: 24 kasus
  • Usia 6 – 12 tahun: 289 kasus
  • Usia 13 – 18 tahun: 963 kasus

4. Pelaku kekerasan seksual dalam ranah komunitas.

  • Usia di bawah 5 tahun: 10 kasus
  • Usia 6 – 12 tahun: 86 kasus
  • Usia 13 – 18 tahun: 307 kasus

Penjelasan psikolog

Psikolog Elizabeth T. Santosa atau yang akrab disapa Lizzie melihat memang jumlah pelaku kekerasan seksual di bawah umur 18 tahun semakin tinggi dari tahun ke tahun.

“Seperti yang sudah diketahui oleh awam, remaja sangat rentan terhadap pengaruh perilaku negatif seperti adiksi narkoba, seks bebas, prilaku kriminal dan jenis kenakalan remaja lainnya (juvenile deliquency),” jelas Lizzie.

Dalam masa itu, Lizzie menambahkan bahwa terjadi transisi hormonal yang memengaruhi cara berpikir remaja.

“Menurut teori Jean Piaget, remaja dapat berpikir abstrak. Namun, perkembangan kognitif terhadap sistem moral belum berkembang sempurna sehingga mereka mudah terjerumus perilaku negatif tanpa mempertimbangkan konsekuensi hukum di masa depan,” katanya.

Baca juga: 4 Cara Orangtua Hindari Anak Jadi Korban atau Pelaku Kekerasan Seksual

Selain itu, berdasarkan penelitian dari Psikolog David Elkind, transisi hormonal dalam diri remaja memiliki dampak terhadap pembentukan karakter remaja.

Lizzie pun menjelaskan 6 karaker kelemahan remaja yang menunjukkan bahwa mereka belum ‘matang’ di bawah ini.

1. Idealism vs criticalness
Perspektif dunia yang ideal terlampau jauh dari realitas hidup yang sesungguhnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com