Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Singapura lewati Gelombang 2 Covid di Kluster Komunitas dan Perkantoran

Kompas.com - 28/09/2020, 15:24 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

Oleh: Lydia Helena Wong dan Andrivo Rusydi*

KOMPAS.com - Perhari ini, 25 September 2020, jumlah penyebaran Covid-19 di Singapura adalah sebanyak 57.665 kasus, dengan 57.333 sembuh dan 27 kematian, di mana tidak ada penambahan kematian semenjak 16 Juli.

Dengan demikian Singapura menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian Covid-19 terendah di dunia (0.05 persen).

Semenjak 21 September 2020, jumlah kasus perhari di bawah 20 orang dengan jumlah total tes Covid-19 mencapai di atas dua juta.

Dalam tulisan ini kami ingin berbagi kiat-kiat dilakukan pemerintah dan warga Singapura dalam menanggulangi wabah Covid-19 dengan menerapkan the new normal setelah melewati beberapa fasa 1, 2, dan 3.

Gelombang pertama

Gelombang pertama Covid 19 di Singapura tercatat mulai melanda di bulan Februari 2020 dan peningkatan pasien di bulan Maret didominasi oleh kasus pendatang yang kebanyakan adalah mereka yang kembali dari negara2 di Eropa dan Amerika.

Baca juga: I-4 Diaspora: Belajar dari Kehidupan Akademik Sekolah dan Kampus Jepang PascaCovid-19

Mereka yang baru dari bepergian ke luar negeri harus menjalani karantina selama 14 hari untuk mencegah penularan ke masyarakat.

Namun pada akhir Maret, kasus lokal Covid-19 yang tidak ada hubungan dengan kasus impor ataupun kasus Covid yang lain mulai meningkat. Pada tanggal 7 April, pemerintah Singapura mulai memasuki masa “Circuit Breaker”selama 4 minggu.

Selama masa Circuit Breaker ini, semua sekolah, kegiatan bisnis yang tidak esensial diharuskan tutup.

Semua karyawan harus bekerja dari rumah dan proses belajar-mengajar baik dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi di lakukan secara online dari rumah masing-masing.

Sejak pertengahan April, gelombang kedua COVID di Singapura mendadak meningkat karena adanya outbreak di asrama pekerja asing yang biasanya berasal dari India, Bangladesh, Srilanka dan China.

Karena itu, masa Circuit Breaker diperpanjang selama 4 minggu sampai tanggal 1 Juni 2020.

Era "Normal Baru" Singapura

Program Circuit Breaker yang dijalankan oleh pemerintah dan warga Singapore berdampak positif dan efektif.

Pada tanggal 1 Juni 2020, kurva pasien baru covid-19 menurun dan dalam seminggu terakhir, kasus2 penularan di luar asrama pekerja menurun drastis menjadi < 5 orang per hari.

Karena kasus penyebaran bisa ditekan dan angkanya konstan < 5-10 orang per hari, pada tanggal 2 Juni 2020, dimulailah masa “New Normal” fasa 1 di Singapura. Fasa 2 dan 3, di mana lebih banyak bisnis dan kegiatan akan dibuka, akan diterapkan jika laju infeksi Covid di fasa 1 berhasil diperlambat.

Adapun peraturan2 dalam fasa-1 dan 2 kami rangkum sebagai berikut:

Baca juga: I-4 Diaspora: Pelajaran dari Jepang Dalam Penanganan Covid-19 dan New Normal

Kluster rumah dan komunitas

1. Mengenakan masker adalah keharusan di luar rumah kediaman kecuali pada saat olahraga seperti lari, jogging, naik sepeda. Bagi mereka yang melanggar dikenakan sangsi denda atau bahkan penjara.

Masker yang digunakan boleh terbuat dari kain atau bahan lain asal memenuhi fungsi yang sudah ditetapkan.

Pemerintah Singapura juga membagikan masker untuk semua penduduk sebanyak 4 kali dalam beberapa bulan terakhir, memastikan semua orang sudah mempunyai dan mengenakan masker. Hand sanitizer dibagikan secara gratis untuk semua anak sekolah (500ml per anak).

2. Pada fase 1, keluar rumah hanya untuk keperluan atau kebutuhan utama seperti bekerja, sekolah, membeli makanan dan kebutuhan pokok atau berolahraga.

Selain dari itu, penduduk tetap dianjurkan untuk diam di rumah sebanyak mungkin untuk mencegah kenaikan jumlah infeksi covid-19.

Pada fase 2, boleh berkumpul di tempat umum maksimum 5 orang (misalnya untuk makan di restoran atau di taman) dan tiap keluarga boleh menerima tamu maksimum 5 orang.

3. Pada fase 1, tempat ibadah boleh dibuka untuk doa pribadi. Tiap keluarga yang berdoa bersama tidak boleh lebih dari 5 orang. Doa/ibadat yang melibatkan orang banyak belum diijinkan.

Mesjid sudah dibuka, dan kegiatan di dalam Masjid terbatas untuk memenuhi rukun Sholat 5 waktu.

Keuskupan Katolik di Singapura masih melanjutkan dengan Misa secara online setiap hari Minggu. Sakramen pernikahan boleh dilaksanakan selama jumlah tamu tidak melebihi 10 orang dan melakukan safe distancing.

Pada fase 2, ibadah boleh dilaksanakan untuk 50 orang, dan sejak 3 Oktober 100 orang. Semua umat harus mendaftarkan diri secara online sebelum datang dan pendaftaran ditutup kalau sudah memenuhi kapasitas.

4. Khusus untuk Mesjid, per hari ini (Jumat, 25 September), kegiatan sholat 5 waktu dan Sholat Jum’at di Mesjid sudah aktif dan dilakukan dengan protokol ketat.

Protokol kesehatan yang dijalankan meliputi; ukur temperature badan sebelum ke Mesjid, memakai masker, membawa sajadah dan perlengkapan sholat pribadi, memastikan mencuci tangan, menjaga jarak di dalam Mesjid (ada tanda tempat yang boleh digunakan untuk Sholat dan berdoa), dan masuk dan keluar masjid tercatat oleh sistem di setiap Masjid yang terhubung ke pemerintahan pusat.

Sholat Jumat di lakukan tiga kali, untuk menjaga jarak dan membatasi kepadatan di dalam masjid. Sholat Jumat tidak lebih dari 15-20 menit.

Baca juga: I-4 Diaspora: Tanpa WHO dan Lockdown, Taiwan Berhasil Lewati Pandemi Covid-19

Kluster perkantoran

1. Saat ini, kerja dari rumah adalah ‘default’ bagi semua perusahaan yang bisa menerapkannya.

Dalam fase 1, untuk perusahaan yang butuh tenaga kerja (pegawai) berkegiatan di kantor, hanya 30 persen dari total jumlah pegawai yang diijinkan untuk berkegiatan di kantor.

Perusahaan harus menerapkan kebijakan safe distancing dan contact tracing. Dalam beberapa hari terakhir ini, Kementrian Tenaga Kerja Singapura melakukan sidak dan menangkap beberapa perusahaan yang tidak menerapkan aturan safe distancing.

Beberapa perusahaan yang pelanggarannya dinilai serius diberi hukuman stop work order. Saat fase 2, sejak 28 September, 50 persen dari tenaga kerja sudah diperbolehkan untuk bekerja di kantor.

2. Di tempat kerja, semua karyawan harus dicek temperatur sebelum masuk dan memasukan data safe entry barcode sebagai absensi kehadiran di tempat bekerja.

Rangkuman

Dalam waktu 4 bulan sejak keluar dari Circuit Breaker (lockdown), Singapura berhasil menurunkan jumlah positif COVID dari rata-rata 2000/hari menjadi 20/hari.

Sebagian besar dari kasus positif ini adalah pekerja di asrama pekerja, sementara kasus di komunitas berkisar antara 1-3 orang per hari dalam.

Tanggung jawab dan komitmen dari seluruh lapisan masyarakat dan kerjasama dengan pemerintah dalam menerapkan safe distancing dan kebiasaan hidup higienis di setiap sektor menjadi kunci keberhasilan Singapura mengalahkan Covid-19.

Artikel ini merupakan rangkaian kurasi tulisan ilmuwan diaspora Indonesia yang tergabung dalam I-4 (Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional) dan dikumpulkan oleh Dr. Sastia Prama Putri, Sekjen I-4.

Seri tulisan " New Normal" dari berbagai perspektif ilmuwan diaspora beberapa negara ini diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah dan masyarakat memasuki masa "kenormalan baru" di Indonesia.

*Lydia H.Wong adalah Associate Professor di Departemen Materials Science, Nanyang Technological University (NTU) dan Andrivo Rusydi adalah Associate Professor di Departemen Fisika, National University of Singapore (NUS).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com